Faktor-faktor Abiotik Penyebab Kerusakan Hutan
Postingan ini diperbarui 21 Agustus 2021
Kerusakan hutan merupakan berkurangnya luasan areal hutan akibat kerusakan ekosistem hutan yang sering disebut dengan degradasi hutan ditambah juga penggundulan dan alih fungsi lahan hutan atau istilahnya deforestasi.
Studi CIFOR (International Forestry Research) menelaah tentang penyebab tutupan hutan yang terdiri dari perladangan berpindah, perambahan hutan, transmigrasi, pertambangan, perkebunan, hutan tanaman, pembalakan dan industri perkayuan.
Kerusakan hutan yang disebabkan oleh faktor abiotik teridiri dari unsur-unsur lingkungan, diantaranya yaitu iklim, tanah, air, dan lain-lain. Faktor abiotik ini dapat mempengaruhi pertumbuhan pohon secara langsung maupun tidak langsung yang dapat mengakibatkan kerusakan hutan maupun membantu perkembangan sistem hutan.
Untuk membantu perkembangan sistem hutan tersebut unsur faktor abiotik harus setara dengan kebutuhan pohon. Dan unsur faktor abiotik yang kelebihan dan kekurangan dapat mengakibatkan kerusakan sistem hutan.
Faktor-faktor abiotik penyebab kerusakan hutan terdiri dari kerusakan hutan disebabkan faktor fisik, tanah yang kurang baik, serta zat kimia dan mekanis (Nuraeni, 2019).
Berikut Penjelasannya.
Baca juga: Faktor-faktor Sosial Penyebab Kerusakan Hutan
A. Kerusakan Hutan Disebabkan Faktor Fisik
1. Temperatur
Pengaruh temperatur yang tinggi dapat dikurangi dengan menanam pohon lebih rapat yang mendapatkan air yang cukup, menggunakan tanaman penutup tanah, menutupi seresah pada permukaan tanah dan memberukan naungan. Dalam keadaan temperatur tinggi (65 derajat Celsius) tanaman sebaiknya diberikan fungsida karena jaringan-jaringan tanaman sangat peka terhadap parasit. Adapun gejala-gejala terhadap tanaman hutan yang disebabkan oleh temperatur, diantaranya sebagai berikut:
- Kematian pada seedling
- Mencegah terjadinya regenerasi
- Luka-luka pada bagian pohon yang mempunyai jaringan lemah
- Terjadi luka pada bagian tanaman muda di dekat permukan tanah
- Gugurnya daun sebelum waktunya
- Daun-daun tertutup oleh lapisan gula. Hal ini terjadi karena temperatur yang tinggi menyebabkan pohon banyak mengeluarkan cairan dari ujung-ujung daun dan sewaktu air dari cairan menguap maka yang tinggal pada daun adalah lapisan gula, sehingga sering gejalanya disebut sebagai "Sugar exudation".
Menurut Junal IPB menyatakan bahwa Perubahan suhu yang dapat di toleransi akan menyebabkan tumbuhan mengalami penyimpangan fisiologis yang dapat menyebabkan kematian dan kerusakan hutan akan terjadi pada saat suhu telah melewati batas maksimum dan minimum.
Kelembapan suatu lingkungan dapat juga mempengaruhi kerusakan hutan. Berdasarkan penelitian terdahulu menyatakan bahwa pengaruh antara kelembapan dan temperatur dengan tingkat kerusakan oleh Arthrochista hilaralis sebesar 18,7% pada kelembapan dan 16,9% pada temperatur.
2. Air
Tekanan air dalam jaringan tumbuhan dapat mempengaruhi pembelahan dan perpanjangan sel. Dalam tanaman tahunan biasanya lebih tahan kekurangan air dibandingkan dengan tanaman musiman. Adapun gejala-gejala terhadap tumbuhan yang disebabkan oleh air, diantaranya:
- Kekurangan air, akan cenderung memperlihatkan gejala penyakit tanaman berupa terhambatnya pertumbuhan, perubahan warna daun, daun-daun menjadi kerdil, perkembangan buah sangat lambat, akibatnya tumbuhan layu dan mati.
- Kelebihan air, mengakibatkan persediaan oksigen terbatas akan menghasilkan perubahan komposisi mikroflora. Beberapa mikroorganisme ini dapat menghasilkan zat fitotoxik disamping fakulatif saprofit lainnya akan aktif menyerang dan mematikan akar.
3. Gas-gas di Udara
Gas-gas di udara yang sangat mempengaruhi pertumbuhan suatu tumbuhan yaitu, oksigen yang berperan aktif. Pada tumbuhan yang melakukan proses difusi memerlukan oksigen tidak mampu lagi membantu terjadinya respirasi normal dan akan terjadi reaksi enzim yang tidak normal, salah satu contoh penyakit Black Heart pada kentang.
4. Cahaya
Adapun gejala-gejala terhadap tumbuhan yang disebabkan oleh cahaya, yaitu:
- Kelebihan cahaya, menyebabkan reaksi photochemical menjadi tidak normal karena tidak aktifnya beberapa enzim dan oksidasi klorofil. Pengaruh tersebut hanya dapat dikatakan apabila oksigen terdapat dalam jumlah yang cukup. Dengan demikian proses foto-oksidasi dapat menyebabkan daun berwarna pucat dan kadang-kadang daun mati.
- Kekurangan cahaya, menghambat formasi klorofil dan merangsang photochemical, yang menyebabkan tumbuhan menjadi pucat. Tumbuhan yang kekurangan cahaya, ciri-cirinya mempunyai batang yang panjang, pertumbuhan daun sangat kecil, daun berwarna hijau kekuning-kuningan dan sangat peka terhadap serangan perusak.
5. Angin
Adapun gejala-gejala terhadap tumbuhan hutan yang disebabkan oleh angin, yaitu:
- Pengaruh terhadap Tanah Hutan. Pengaruh angin terhadap tanah hutan dapat menyebabkan terjadinya erosi angin dan menyebabkan tanah menjadi kering. Erosi angin terjadi karena perpindahan tanah dari temaptnya karena tiupan angin.
- Pengaruh terhadap Cuaca Hutan. Pengaruh angin kuat yang meniup di hutan dapat menganggu atau menyebabkan terjadinya gangguan terjadi penguapan, transpirasi, temperatur, kelembaban dan lain-lainnya. Akibatnya cuaca di hutan akan berubah menjadi cuaca yang tak menguntungkan bagi hutan.
- Pengaruh terhadap Fisiologi Pohon. Akibat angin yang kurang baik pada pohon, mengakibatkan bentuk dari tajuk tak normal, merubah sistem dari perakarannya, dan berkurangnya tinggi dari pohon.
- Kerusakan Mekanis pada Pohon. Akibat angin yang kurang baik pada pohon, mengakibatkan ranting-ranting patah, daun-daun berguguran, akar-akar muda patah, dan pohon-pohon terbongkar dengan akarnya.
- Penyemprotan Garam pada Hutan. Penyemprotan garam sering terjadi di hutan pantai, dengan angin yang keras dengan kecepatan ±150 km per jam akan mampu meniup butir-butir air laut sampai sejauh 45-70 km. Hal ini mengakibatkan tumbuhan daunnya akan menjadi kuning kemerah-merahan yang dapat mengundang hama dan penyakit akan datang menyerang hingga dapat mempercepat kematian tumbuhan.
Angin dapat menyebakan erosi pantai di daerah hutan bakau, menurut Akbar et al. (2017) menyatakan bahwa erosi pantai merupakan perubahan dataran pantai yang menyebabkan mundurnya garis pantai yang dipengaruhi oleh faktor klimatologi, faktor tektonik dan faktor perilaku manusia mempercepat perubahan lingkungan.
Baca juga: 5 Pencegahan dan Penanggulangan Kerusakan Hutan Akibat Faktor Abiotik
B. Kerusakan Hutan Disebabkan Tanah yang Kurang Baik
1. Penyakit Karena Defisiensi Bahan Makanan atau Hara
Defesiensi hara dapat terjadi apabila tersedianya dalam tanah sangat kurang atau terdapat dalam bentuk yang tidak dapat diserap oleh tanaman. Hal ini dapat disebabkan karena proses pencucian, antagonisme bahan-bahan kimia, aktifitas mikroba, peredaran udara dan kemasaman tanah (pH). Adapun gejala-gejala terhadap tumbuhan disebabkan jika satu atau lebih elemen yang kurang, yaitu:
- Anakan tanaman tidak berkembang
- Tanaman kerdil
- Memperjang waktu pemetikan produksi
- Gejala perubahan warna pada daun dan batang
- Penurunan produksi tanaman terutama sekali kualitasnya.
2. Penyakit yang disebabkan Kelebihan Hara
Elemen-elemen hara dengan kosentrasi dalam jumlah yang berlebihan baik secara alam maupun sebagai akibat penggunaan pupuk akan menyebabkan timbulnya gejala fitotoxik. Dengan kelebihan satu mikro-nutrient dapat mempengaruhi unsur hara lainnya, misalnya besi tidak dapat diserap oleh tanaman apabila copper terdapat dalam jumlah yang berlebihan. Sehingga tanah yang bergaram tidak hanya kelebihan sodium tetapi juga sangat jelek strukturnya yang dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan akar.
C. Kerusakan Hutan Disebabkan oleh Zat Kimia dan Makanis
Salah satu zat kimia perusak hutan, yaitu nitrogen dioxide dan lain-lainya dengan konsentrasi yang cukup dapat menyebabkan gejala penyakit pada daun dan beracun terhadap jamur sehingga jenis-jenis jamur tersebut sulit ditemukan di daerah polusi. Menurut Nuraeni (2019) menyatakan bahwa Tumbuhan nipah mudah mati disebabkan oleh racun zat kimia yang berasal dari limbah penambangan batu bara yang berada di hulu sungai.
Adapun kerusakan mekanis pada pohon dapat terjadi karena disebabkan, sebagai berikut:
- Tumbangnya sutau pohon. Tumbangnya pohon disebabkan karena adanya pohonnya mati, penebangan hutan, dan penjarangan hutan. Hal ini dapat menyebabkan tumbuhnya luka pada kulit dan kayu pohon dan patahnya cabang-cabang serta pucuk.
- Kebakaran Hutan. Kebakaran hutan ini dapat menyebabkan timbulnya luka terbuka pada pangkal-pangkal batang.
- Petir. Kadang-kadang petir tidak membunuh pohon dan hanya melukai pohon pada kulit atau kayunya, tetapi dapat pula menyebabkan matinya pohon dengan menimbulkan luka-luka atau tanpa adanya luka.
Baca juga: 10 Jenis Kerusakan Akibat Kebakaran Hutan
Sumber:
Akbar, A. A., Sartohadi, J., Djohan, T. S., & Ritohardoyo, S. 2017. Erosi pantai, ekosistem hutan bakau dan adaptasi masyarakat terhadap bencana kerusakan pantai di negara tropis. Jurnal Ilmu Lingkungan, 15(1), 1-10.
Nuraeni, S. 2019. Perlindungan dan Pengamanan Hutan. Fakultas Kehutanan, Universitas Hasanuddin.
Lamboris Pane