Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Jamur
Jamur adalah bagian mahluk hidup tergolong dalam organisme eukariot yang mempunyai inti, tidak berklorofil dan beberapa jamur mempunyai bagian-bagian tubuh filamen-filamen dan sebagian lagi bersifat uniseluler. Jamur mampu mendekomposisi sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang kompleks dan menguraikannya menjadi zat yang lebih sederhana (Nurchayati, 2018).
Jamur mempunyai dua sifat yaitu bersifat simbiosis (menguntungkan) dan parasif (merugikan). Pada kesempatan ini kita akan membahas jamur yang bersifat parasif yang menimbulkan penyakit pada manusia, hewan, maupun tanaman. Salah satu jenis jamurnya yaitu, Candida albicans.
Jamur juga merupakan mikroorganisme yang masuk golongan eukariotik dan tidak termasuk golongan tumbuhan. Jamur berbentuk sel atau benang bercabang dan mempunyai dinding sel sebagai besar terdiri atas kitin dan glukan, dan sebagian kecil dari selulosa dan kitosan.
Jamur mempunyai protoplasma yang mengandung satu atau lebih inti, tidak mempunyai klorofil dan berkembangbiak secara aseksual, seksual, dan keduanya.
Jamur bersifat heterotropik yiatu organisme yang tidak mempunyai klorofil sehingga tidak mampu membuat makannya sendiri melalui proses fotosintesis seperti tanaman. Untuk hidupnya jamur memerlukan zat organik yang berasal dari hewan, tumbuh-tumbuhan, serangga dan lain sebagainya, kemudian menggunakan enzim zat organik tersebut diubah dan dicerna menjadi zat anorganik yang kemudian diserap oleh jamur sebagai makananya.
Morfologi jamur terdiri dari:
- Khamir merupakan sel-sel yang berbentuk bulat atau uniseluler dan dapat bersifat dimorfistik, lonjong atau memanjang yang berkembang biak dengan membentuk tunas dan membentuk koloni yang basah atau berlendir.
- Kapang terdiri atas sel-sel memanjang dan bercabang yang disebut hifa, anyaman hifa yang disebut dengan miselium.
Berikut Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Jamur.
Baca juga: 5 Faktor Mempengaruhi Pertumbuhan Jamur Pelapuk Kayu
1. Kebutuhan Air
Faktor ini menjelaskan bahwa dominan jamur membutuhkan air minimal untuk pertumbuhannya lebih rendah dibandingkan khamir dan bakteri.
Kebanyakan kapang membutuhkan air minimal dalam pertumbuhannya dibandingkan dengan khamir atau bakter. Dimana air merupakan pelarut esensial yang dibutuhkan bagi semua reaksi biokimiawi dalam sistem hidup dan sekitar 90% menyusun berat basah sel.
2. Suhu Pertumbuhan
Faktor ini mempengaruhi jamur yang bersifat mesofik, yaitu tumbuh baik pada suhu kamar. Pada jamur yang bersifat psikrotropik yaitu dapat tumbuh baik pada suhu almari es dan beberapa masih dapat tumbuh lambat pada suhu pembekuan, misalnya pada suhu 5-10 derajat celsius. Sedangkan jamur yang bersifat termofilik yaitu dapat tumbuh pada suhu yang tinggi.
Kebanyakan kapang bersifat mesofilik, yaitu mampu tumbuh baik pada suhu kamar. Suhu optimum pertumbuhan untuk kebanyakan kapang adalah sekitar 25-30 derajat celsius, tetapi beberapa dapat tumbuh pada suhu 35-37 derajat celsius atau lebih.
3. Kebutuhan Oksigen dan pH
Jamur yang bersifat aerobik merupakan jamur yang membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya. Pada umumnya jamur membutuhkan pH terhadap pertumbuhannya sekitar 2-8,5. Akan tetapi, pada kondisi pH asam atau rendah mempunyai pertumbuhan jamur yang lebih baik.
4. Substrat/media
Jamur menggunakan berbagai komponen makanan dari yang sederhana sampai kompleks. Pada umumnya jamur mampu memproduksi enzim hidrolitik, misalnya amylase, pektinase, proteinase, dan lipase. Sehingga jamur dapat tumbuh pada makanan yang mengandung pati, protein, pektin, dan lipid.
Substrat adalah sumber nutrien utama terhadap fungsi nutrien baru dapat dimanfaatkan sesudah fungsi mengekresi enzim-enzim ekstrakseluler yang dapat mengurai senyawa-senyawa kompleks dari substrat tersebut menjadi senyawa yang lebih sederhana, contohnya apabila substratnya nasi maka fungi tersebut dapat mensekresikan enzim amilase untuk mengubah amilum menjadi glukosa.
Fungi yang tidak dapat menghasilkan enzim sesuai komposisi substrat dengan sendirinya tidak dimanfaatkan nutrient-nutrien dalam substrat (Gandjar, 2006).
5. Komponen Penghambat
Sebagian jamur mampu mengeluarkan komponen yang dapat menghambat organisme lainnya. Komponen ini berupa antibiotik dan fungisidal yang mampu menghambat pertumbuhan jamur.
Contoh, penisilin yang diproduksi oleh Penicillium chrysogenum, dan clavasin yang diproduksi oleh Aspergillus clavatus. Sebalinya, beberapa kompoen lain bersifat mikrostatik atau fungistatik, yaitu menghambat pertumbuhan kapang, misalnya asama sorbet, propionate dan asetat, atau fungsidal yaitu membunuh kapang (Fardiaz, 1992).
Beberapa komponen lain bersifat mikostatik yaitu jamur penghambat pertumbuhan jamur atau fungsidal yaitu membunuh jamur. Pertumbuhan jamur biasanya berjalan lambat bila dibandingkan dengan pertumbuhan memungkinkan semua mikroorganisme untuk tumbuh, jamur biasanya kalah dalam kompetisi dengan khamir dan bakteri. Akan tetapi, jamur dapat mulai tumbuh, pertumbuhan yang ditandai dengan perumbuhan miselium dapat berlangsung dengan cepat.
Baca juga: 9 Morfologi Jamur
Penutup
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jamur yaitu, kebutuhan air, suhu pertumbuhan, kebutuhan oksingen dan pH, Substrat/media, dan komponen penghambat.
Sumber:
Fardiaz, D. S. (1992). Mikrobiologi pangan 1. PT Gramedia.
Gandjar, I. (2006). Mikologi dasar dan terapan. Yayasan Obor Indonesia.
Nurchayati, A. 2018. Uji Aktivitas Kombinasi Minyak Atsiri Rimpang Lengkuas Merah (Alpinia purpurata K.schum) dan Bangle (Zingiber cassumunar Roxb.) terhadap Candida albicans ATCC 10231 secara In Vitro. Universitas Setia Budi. Surakarta.
Lamboris Pane