Pengertian Panjang dan Kemiringan Lereng
Postingan ini diperbarui 24 September 2021
Tanah dan air merupakan sumberdaya alam yang menyokong kehidupan berbagai mahluk di bumi termasuk manusia. Kedua sumber alam tersebut dapat mengalami kerusakan atau degradasi. Kerusakan tanah bisa terjadi karena hilangnya unsur hara, penjenuhan tanah oleh air dan erosi.
Apabila tanah mengalami kerusakan, maka kita bayangkan bahwa tanah tersebut sangat tidak produktif jika dimanfaatkan. Air juga rentan mengalami kerusakan. Rusaknya air bisa berupa mengeringnya mata air dan juga menurunnya kualitas air.
Dalam kawasan tanah memiliki berbagai topografi yang berbeda pada setiap jenis kawasan. Topografi merupakan suatu bentuk permukaan bumi yang dipandang dari kemiringan lereng dan beda tinggi dari permukaan laut. Dalam hal ini bentuk lereng tergantung pada proses erosi, gerakan tanah, dan pelapukan.
Sedangkan kemiringan lereng terjadi akibat perubahan permukaan bumi di berbagai tempat yang disebabkan oleh daya-daya eksogen dan endongen. Hal inilah yang menyebabkan perbedaan letak ketinggian titik-titik diatas permukaan bumi.
Baca juga: 5 Parameter Penentu Lahan Kritis
Panjang Lereng
Panjang lereng adalah jarak titik awal mulai pengaliran sampai batas titik dimana aliran berpencar masuk alur atau jaringan drainase (Setiarno dkk, 2019). Sifat kemiringan tanah yaitu derajat panjang lereng, merupakan faktor penting dalam mempengaruhi erosi dan aliran permukaan yang terjadi. Semakin besar serajat kemiringan, panjang lereng, kecepatan aliran permukaan akan dipercepat, sehingga daya pengikisan akan bertambah besar.
Dalam suatu pratik di lapangan faktor LS dapat dihitung secara sekaligus. Baik panjang lereng dan curamnya akan mempengaruhi banyaknya tanah yang hilang karena erosi. Kemiringan lereng dapat menunjukkan besarnya sudut lereng dalam persen atau derajat.
Menurut Korah dkk, 2014 menyatakan bahwa lereng adalah suatu permukaan yang menghubungkan tanah yang lebih tinggi dengan permukaan tanah yang lebih rendah.
Ada tiga macam lereng yang perlu mendapat perhatian dari ahli-ahli geoteknik (Setiarno dkk, 2019) yaitu sebagi berikut :
- Lereng Alam, merupakan lereng yang terbentuk akibat kegiatan alam, seperti erosi, gerakan tektonik dan sebagainya.
- Lereng yang dibuat manusia, akibat penggalian atau pemotongan pada tanah asli untuk pembuatan jalan atau keperluan irigrasi.
- Lereng timbunan tanah, seperti urungan untuk jalan raya atau bendungan tanah.
Kemiringan Lereng
Kemiringan lereng merupakan suatu lereng yang membentuk suatu sudut baik dalam satuan derahat maupun persentase antara satu bidang tanah yang datar dengan bidang tanah lainnya yang berada pada posisi yang lebih tinggi (Setiarno dkk, 2019).
Dalam Kemiringan lereng, semakin curamnya lereng maka aliran permukaan akan semakin besar dimana tanah yang banyak mengandung bahan organik akan turut terangkut dan terbawa ke tempat yang lebih rendah.
Semakin curam kemiringan lereng akan semakin meningkat jumlah dan kecepatan aliran permukaan, sehingga dapat memperbesar senergi kinetik dan mampu meningkatkan kemampuan untuk mengangkut butir tanah.
Faktor LS merupakan perbandingan antara besarnya erosi dari sebidang tanah dengan panjang lereng dan kecuraman lereng tertentu terhadap erosi sebidang tanah dengan panjang tersebut adalah gundul, kecuramannya 9% panjang lereng 22.13% tanpa usaha pencegahan erosi, mempunyai nilai LS = 1 (Setiarno dkk, 2019).
Kesimpulan
Baik, kesimpulan yang perlu kita pahami yaitu, Panjang lereng adalah jarak titik awal mulai pengaliran sampai batas titik dimana aliran berpencar masuk alur atau jaringan drainase, sedangkan kemiringan lereng merupakan suatu lereng yang membentuk suatu sudut baik dalam satuan derajat maupun persentase antara satu bidang tanah yang datar dengan bidang tanah lainnya yang berada pada posisi yang lebih tinggi.
Baca juga: Makalah Ilmu Tanah: Faktor Pembentuk Tanah
Sumber:
Korah dkk. 2014. Analis Kestabilan Lereng dengan Metode Janbu (Studi Kasus : Kawasan Citraland). Universitas Sam Ratulangi. Manado.
Setiarno dkk. 2019. Penuntun Praktikum Konservasi Tanah dan Air. Universitas Palangka Raya. Palangka Raya.
Lamboris Pane