8 Jenis Sistem Wanatani (Agroforestry) dalam Konservasi Tanah
Postingan ini diperbarui 25 September 2021
Wanatani (agroforestry) merupakan bagian bentuk usaha konservasi tanah secara vegetatif yang menggunakan antara tanaman pohon-pohonan, atau tanaman tahunan dengan tanaman komoditas lain yang ditanam secara bersama-sama ataupun bergantian.
Dimana penggunaan tanaman tahunan mampu mengurangi erosi lebih baik daripada tanaman komoditas pertanian khususnya tanaman semusim.
Tanaman tahunan ini mempunyai luas penutupan dau relatif lebih besar dalam menahan energi kinetik air hujan, sehingga air yang sampai ke tanah dalam bentuk aliran batang (stemflow) dan aliran tembus (thoughfall) tidak menghasilkan dampak erosi yang begitu besar.
Sedangkan tanaman semusim ini hanya mampu memberikan efek penutupan dan perlindungan tanah yang baik dari butiran hujan yang mempunyai energi perusak.
Sehingga penggabungan keduanya diharapkan dapat memberi keuntungan ganda baik dari tanaman tahunan maupun dari tanaman semusim (Subagyono et al., 2003).
Penerapan wanatani pada lahan dengan lereng curam atau agak curam mampu mengurangi tingkat erosi dan memperbaiki kualitas tanah, dibandingkan apabila lahan tersebut gundul atau hanya ditanami tanaman semusim.
Jenis sistem wanatani (agroforestry) dalam Konservasi Tanah adalah pertanaman sela, pertanaman lorong, talun hutan rakyat, kebun campuran, pekarangan, tanaman pelindung, silvopastura, dan pagar hidup (Subagyono et al., 2003).
Berikut penjelasannya.
Baca juga: 9 Teknik Konservasi Tanah Secara Vegetatif
1. Pertanaman Sela
Jenis ini memiliki sistem pertanaman campuran antara tanaman tahunan dengan tanaman semusim yang banyak dijumpai di daerah hutan dan kebun yang dekat dengan lokasi pemukiman.
Pertanaman sela bertujuan untuk menigkatkan intersepsi dan intensitas penutupan langsung sehingga memperkecil resiko tererosi.
Tanaman sela merupakan menanam tanaman lain di sela-sela tanaman pokok. Contohnya dengan pola budidaya padi, kedelai, padi, yang mana tanaman pokoknya adalah padi.
2. Pertanaman Lorong
Jenis ini merupakan sistem dimana tanaman pagar pengontrol erosi berupa barisan tanaman yang ditanam rapat mengikuti garis kontur, sehingga membentuk lorong-lorong dan tanaman semusim berada di antara tanaman pagar tersebut yang diterapkan di lahan kritis.
Sistem pertanaman lorong atau alley cropping adalah teknik konservasi vegetatif, pada lahan berlereng ataupun datar. Tanaman legum pohon atau semak ditanam rapat dalam baris atau pagar searah kontur, dengan jarak antar baris 5-10 meter, sehingga membentuk lorong.
3. Talun Hutan Rakyat
Talun merupakan lahan diluar wilayah pemukiman penduduk yang ditanami tanaman tahunan yang dapat diambil kayu maupun buahnya. Dimana jenis sistem ini membutuhkan perawatan intensif dan hanya dibiarkan begitu saja sampai saatnya panen.
Sitem ini bermanfaat dalam hal konservasi melalui dapat mencegah erosi secara maksimal dan mempunyai fungsi seperti hutan.
4. Kebun Campuran
Sistem ini memiliki tanaman tahunan yang dimanfaatkan sebagai hasil buah, daun, dan kayunya. Dimana kebun campuran ini memberikan bantuan dalam mencegah erosi dengan baik karena kondisi penutupan tanah rapat sehingga butiran air hujan tidak langsung mengenai permukaan tanah.
Kebun campuran adalah salah satu model agroforestry, artinya sebagai kebun yang ditanami berbagai jenis tanaman dengan minimal satu jenis tanaman berkayu.
5. Pekarangan
Sistem ini merupakan kebun di sekitar rumah dengan berbagai jenis tanaman baik itu tanaman semusim maupun tanaman tahunan. Contoh tanaman pekarangan, ubi kayu, sayuran, tanaman buah-buahan, tanaman obat-obatan dan tanaman lainnya yang bersifat subsisten.
Pekarangan merupakan sebuah sistem tanam hutan tropis di tempat-tempat tinggal yang berkembang di Indonesia, terutama Jawa. Pekarangan juga adalah lahan terbuka yang terdapat di sekitar rumah tinggal. Lahan pekarangan dapat dimanfaatkan untuk menanam hortikultura untuk memenuhi kebutuhan pangan dan menambah pendapatan serta ekonomi rumah tangga.
6. Tanaman Pelindung
Sistem ini memiliki tanaman tahunan yang ditanam di sela-sela tanaman pokok tahunan. Dimana fungsi sistem ini untuk mengurangi intensitas penyinaran matahari dan dapat melindungi tanaman pokok dari bahaya erosi terutama ketika tanaman pokok masih muda.
Tanaman pelindung merupakan jenis tanaman yang ditanam dengan tujuan untuk melindungi orang atau benda yang ada di bawah atau di sekitarnya dari terik matahari dan curahan hujan. Jenis tanaman pelindung terdiri dari glodokan tiang, beringin, cemara tretes, bintaro, mahoni, trembesi, ketapang kencana, dan lain sebagainya.
7. Silvopastura
Sistem ini merupakan bentuk lain dari sistem tumpang sari, tetapi yang ditanam di sela-sela tanaman tahunan bukan tanaman pangan melainkan tanaman pakan ternak seperti rumput gajah (Pennisetum purpureum). Dimana sistem ini mempunyai fungsi untuk mengembangkan peternakan sebagai komoditas unggulan di suatu daerah.
Sistem silvopastura adalah salah satu bentuk pengelolaan hutan yang mengombinasikan sektor kehutanan dengan sektor peternakan.
8. Pagar Hidup
Sistem ini merupakan sistem yang memanfaatkan tanaman sebagai pagar untuk melindungi tanaman pokok. Dimana manfaat tanaman pagar untuk melindungi lahan dari bahaya erosi, baik erosi air maupun angin.
Tanaman pagar adalah tumbuhan yang ditanam di tepi-tepi untuk bermacam-macam kegunaan, di antaranya pembatas antara ladang dengan jalan setapak dan pembatas antara petak ladang dengan petak lainnya, dan juga untuk keindahan.
Baca juga: 3 Metode Penyiapan Lahan Pohon Jelutung
Sumber:
Subagyono, K., Marwanto, S., & Kurnia, U. 2003. Teknik konservasi tanah secara vegetatif.
Lamboris Pane