Mengenal Pohon Mahang Putih
Feb 12, 2020
Edit
Pohon ini tumbuh dilahan gambut dan mineral dengan ketinggian tempat sekitar 100-1000 m dari permukaan laut. Pohon ini dapat tumbuh dengan ketinggian 30 m, diameter 40 cm, dan kerapatan 270-500 kg/m persegi. Dan pohon ini tersebar secara alami di daerah Malaysia, Thailnd, dan Indonesia (Kalimantan dan Sumatera).
Pada umumnya pohon ini banyak ditemukan di pulau Sumatera yang berlokasi di daerah Riau, yaitu kabupaten Siak, Bengkalis, Dumai, Rokan Hulu, Kampar, Pelalawan, dan Kuantan Singingi (Rahmayanti et al, 2012).
Adapun taksonomi pohon ini, sebagai berikut.
Kingdom : Plantea
Divisio : Angiospermae
Kelas : Rosids
Ordo : Malpighiales
Famili : Euphorbiaceae
Subfamili : Acalyphoideae
Genus : Macaranga
Spesies : Macaranga Hypoleuca
Pohon mahang putih ini dimanfaatkan sebagai cerocok, kayu lapis, reng, peti, korek api, moulding, dan pulp.
Penanganan Benih
Pada penanganan benih terhadap pohon mahang putih ini terdapat empat kegiatan yang perlu dilaksanakan, yaitu pengumpulan benih, ekstraksi benih, jumlah buah atau biji, dan penyimpanan benih.
Untuk kegiatan pengumpulan benih merupakan kegiatan pengunduhan dengan cara mengambil atau memungut buah yang jatuh dari pohon (buahnya berwarna coklat kehitaman dan berbentuk untaian). Untuk kegiatan ekstraksi benih merupakan kegiatan mengeringkan biji dengan mengeluarkan dan meremas-remasnya, kemudian meredamnya sebelum dilakukan persemaian. Untuk Jumlah buah atau biji merupakan kegiatan penentuan biji yang kering. Dan untuk penyimpnan benih merupakan kegiatan menyimpan benih semi rekalsitran.
Pembibitan
Pohon ini dapat dilakukan pembibitan secara vegetatif dan generatig. Media tabur yang digunakan untuk pembibitan secara generatif adalah campuran tanah dan pasir dengan perbandingan (1 :1). Pada saat benih benih berkecambah sebesar 50% dalam waktu sekitar 1-2 bulan. Sedangkan pembibitan secara vegetatif dilaksanakan dengan stek pucuk menggunakan teknik KOFFO system (Rahmayanti et al, 2012).
Penanaman
Pada penanaman pohon mahang putih ini memerlukan cahaya penuh, oleh sebab itu pohon ini dikategorikan sebagai jenis pohon intoleran. Waktu kegiatan ini dilaksankan harus bebas dari tumbuhan penaung. Pada umumnya jarak tanam yang digunakan untuk tujuan pulp yaitu 3 m x 2 m dan 3 m x 3 m.
Pemeliharaan
Untuk kegiatan pemeliharaan pohon ini meliputi pertama, kegiatan penyulaman tanaman yang mati atau kerdil pada tahun pertama. Kedua, penyiangan dan pengendalian gulma dilakukan sesuai kondisi tanah lokasi penanaman. Ketiga, pemupukan lanjutan pada setiap 6 bulan sampai umur 2 tahun atau sesuai dengan kondisi wilayah tertentu (Rahmayanti et al, 2012).
Penutup
Pohon mahang puith dapat dibudidaya dengan menggunakan beberapa teknik silvikultur sesuai dengan keiinginan, antara lain penanganan benih, pembibitan, penanaman dan pemeliharaan.
Sekian artikel yang membahas tentang Mengenal Pohon Mahang Putih, semoga bermanfaat bagi para pembaca.
"Salam Lestari"
Sumber :
Rahmayanti et al. 2012. Jenis Alternatif Penghasil Pulp di Wilayah Riau. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Jakarta.
Author : Lamboris_Pane
Editor : panehutan
Pada umumnya pohon ini banyak ditemukan di pulau Sumatera yang berlokasi di daerah Riau, yaitu kabupaten Siak, Bengkalis, Dumai, Rokan Hulu, Kampar, Pelalawan, dan Kuantan Singingi (Rahmayanti et al, 2012).
Adapun taksonomi pohon ini, sebagai berikut.
Kingdom : Plantea
Divisio : Angiospermae
Kelas : Rosids
Ordo : Malpighiales
Famili : Euphorbiaceae
Subfamili : Acalyphoideae
Genus : Macaranga
Spesies : Macaranga Hypoleuca
Pohon mahang putih ini dimanfaatkan sebagai cerocok, kayu lapis, reng, peti, korek api, moulding, dan pulp.
Penanganan Benih
Pada penanganan benih terhadap pohon mahang putih ini terdapat empat kegiatan yang perlu dilaksanakan, yaitu pengumpulan benih, ekstraksi benih, jumlah buah atau biji, dan penyimpanan benih.
Untuk kegiatan pengumpulan benih merupakan kegiatan pengunduhan dengan cara mengambil atau memungut buah yang jatuh dari pohon (buahnya berwarna coklat kehitaman dan berbentuk untaian). Untuk kegiatan ekstraksi benih merupakan kegiatan mengeringkan biji dengan mengeluarkan dan meremas-remasnya, kemudian meredamnya sebelum dilakukan persemaian. Untuk Jumlah buah atau biji merupakan kegiatan penentuan biji yang kering. Dan untuk penyimpnan benih merupakan kegiatan menyimpan benih semi rekalsitran.
Pembibitan
Pohon ini dapat dilakukan pembibitan secara vegetatif dan generatig. Media tabur yang digunakan untuk pembibitan secara generatif adalah campuran tanah dan pasir dengan perbandingan (1 :1). Pada saat benih benih berkecambah sebesar 50% dalam waktu sekitar 1-2 bulan. Sedangkan pembibitan secara vegetatif dilaksanakan dengan stek pucuk menggunakan teknik KOFFO system (Rahmayanti et al, 2012).
Penanaman
Pada penanaman pohon mahang putih ini memerlukan cahaya penuh, oleh sebab itu pohon ini dikategorikan sebagai jenis pohon intoleran. Waktu kegiatan ini dilaksankan harus bebas dari tumbuhan penaung. Pada umumnya jarak tanam yang digunakan untuk tujuan pulp yaitu 3 m x 2 m dan 3 m x 3 m.
Pemeliharaan
Untuk kegiatan pemeliharaan pohon ini meliputi pertama, kegiatan penyulaman tanaman yang mati atau kerdil pada tahun pertama. Kedua, penyiangan dan pengendalian gulma dilakukan sesuai kondisi tanah lokasi penanaman. Ketiga, pemupukan lanjutan pada setiap 6 bulan sampai umur 2 tahun atau sesuai dengan kondisi wilayah tertentu (Rahmayanti et al, 2012).
Penutup
Pohon mahang puith dapat dibudidaya dengan menggunakan beberapa teknik silvikultur sesuai dengan keiinginan, antara lain penanganan benih, pembibitan, penanaman dan pemeliharaan.
Sekian artikel yang membahas tentang Mengenal Pohon Mahang Putih, semoga bermanfaat bagi para pembaca.
"Salam Lestari"
Sumber :
Rahmayanti et al. 2012. Jenis Alternatif Penghasil Pulp di Wilayah Riau. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Jakarta.
Author : Lamboris_Pane
Editor : panehutan