6 Cacat Kayu Akibat Pengeringan Buatan
Postingan ini diperbarui 30 September 2021
Berbagai jenis cacat pada kayu dapat mempengaruhi perlemahan sebuah bangunan yang menggunakan konstruksi kayu karena dengan adanya cacat kayu maka terjadi penurunan kekuatan kayu.
Bagi prosuden kayu, cacat kayu merupakan kerugian yang dapat menyebabkan penurunan harga kayu, meskipun demikian sebaiknya produsen tetap melindungi hak konsumen dengan memberitahukan cacat kayu tersebut, mengingat resiko keruntuhan bangunan yang mengerikan dapat terjadi karena cacat kayu yang tidak diantisipasi sebelumnya.
Ada beberapa cacat kayu akibat pengeringan kayu secara buatan adalah sebagai berikut (P4TK BOE Malang, 2020).
Baca juga: 3 Kerusakan Kayu Selama Proses Pengeringan
1. Retak ujung dan permukaan (end and surface checks)
Retak ujung dan permukaan serta retak rambut dapat terjadi bila kelembaban udara dalam ruang tidak diperhatikan pada saat oven mulai beroperasi. Pada saat permukaan kayu mengering, bagian luar kayu mulai menyusut, tetapi bagian dalam kayu masih basah, akibatnya terjadinya tegangan dan retak-retak pada permukaan atau ujung kayu.
Pencegahannya dengan mengoleskan oli pada ujung kayu atau menggunakan resin urea atau polyethiline glycol kayu cacat retak rambut tidak dapat dipakai untuk dicat, karena bagian yang retak akan merusak permukaan cat pada saat kayu kembang susut oleh udara sekitar.
2. Pengerasan kayu (case harduehing)
Pengerasan kayu disebabkan oleh tingginya kadar air dalam kayu pada saat sebelum mulai kayu pada saat sebelum mulai dikeringkan dan sangat cepatnya proses pengeringan kayu (Kasmudjo, 2010).
Permukaan kayu akan mencapai titik keseimbangan lebih cepat daripada bagian dalam kayu, hingga permukaan kayu mulai menyusut. Penyusutan permukaan menyebabkan tegangan pada permukaan kayu dan menyebabkan retak. Sebaliknya, bila permukaan kayu tetap elastic dan tidak timbul cacat retak permukaan, proses evaporasi pada kayu (inti) terhambat.
Sel-sel permukaan kayu yang kering akan menutup jalan air sel bagian dalam kayu keluar kepermukaan. Bila proses pengeringan ini diteruskan, bagian luar akan mengeras dan kedap. Hingga timbul pengeringan kayu case hardening.
3. Retak dalam (Honey Combing)
Cacat retak dalam merupakan cacat akibat kesalahan pengendalian mesin pengering, tetapi cacat ini dapat dihindarkan. Keadaan ini adalah kelanjutan dari cacat pengerasan bagian luar (case hardening). Bila kesalahan pengendalian mesin tidak cepat diatasi, kayu menjadi kering dan cacat retak-retak. Cacat retak dalam dapat tidak diperbaiki dan kayu tidak dapat dipakai.
4. Perubahan bentuk (distorsi)
Perubahan bentuk pada papan atau pada balok saat pengeringan kayu adalah normal dan tidak multak kesalahan pengeringan kayu. Namun merupakan suatu keharusan untuk menekan perubahan bentuk ini sekecil mungkin dengan menggunakan mesin pengering. Tegangan dalam kayu dapat dihilangkan melalui pengaturan oven.
Perubahan-perubahan bentuk kayu mungkin terjadi adalah melengkung (bowing), cekung (cupping), dan memuntir (twisting). Perubahan bentuk ini disebabkan oleh tidak meratanya prosentasi penyusutan bagian-bagian kayu. Perbedaan penyusutan selalu terjadi karena perbedaan arah pemotongan kayu (tangensial, radial, dan aksial).
5. Cacat kadar air tidak merata
Seringkali hasil proses pengeringan tidak merata kadar airnya, terutama pada bagian tengah tumpukan kayu masih basah. Sebab utama adalah tidak meratanya distribusi panas keseluruhan bagian kayu.
6. Perubahan Warna Kayu
Perubahan warna kayu dapat berupa perubahan warna total atau berupa noda-noda udara, yang sedikit banyak juga sampai kedalam kayu. Noda-noda warna pada permukaan kayu masih dapat dihilangkan dengan cara menyerut kayu, tetapi perubahan warna yang sampai kedalam, sulit dihilangkan.
Penyebab utama perubahan warna karena temperature atau uap yang tinggi dan menyebabkan zat tanin kayu beraksi, sehingga terjadi proses oksidasi yang menyebabkan warna kayu berubah. Temperatur yang tinggi lebih banyak berpengaruh pada perubahan warna daripada menurunkan kadar air dengan cepat.
Baca juga: 6 Cara Penumpukan Sortimen Kayu
Sumber:
Kasmudjo. 2010. Teknologi Hasil Hutan. Cakrawala Media. Yogyakarta.
P4TK BOE Malang. 2020. Cacat Kayu. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Malang.
Lamboris Pane