Cara, Tahap Pelaksanaan dan Tahap Proses Pengeringan Kayu secara Buatan
Postingan ini diperbarui 07 Oktober 2021
Pengeringan adalah proses perpindahan atau pengeluaran kandungan air bahan hingga mencapai kandungan air tertentu. Pengeringan kayu mempunyai 6 tujuan (Kasmudjo, 2010) sebagai berikut:
- Agar kayu menjadi lebih ringan. Dengan kayu yang lebih ringan kapasitas pemindahan atau pengankutannya akan lebih banyak, sehingga menghemat waktu dan biaya.
- Supaya sifat-sifat kayu menjadi lebih baik, antara lain kekuatannya dapat lebih meningkat.
- Supaya kayu lebih stabil dan minimal mengalami perubahan dimensi kayu. Perubahan dimensi yang besar dapat menurunkan kualitas kayu.
- Agar kayu lebih terhindar dari serangan jamur, cendawan, dan lain-lain serangga perusak kayu.
- Agar kayu lebih mudah direkat, kayu yang kering porinya relatif terbuka (lebih kosong) sehingga perekat mudah mengisinya dan kemudian mengeras.
- Agar kayu lebih mudah diawetkan.
Kasmudjo (2010) menyatakan bahwa ada dua cara pengeringan kayu yaitu pengeringan alami pada udara terbuka (air seasoning) dan pengeringan buatan atau pnegeringan dalam tanur (dry kiln). Pengeringan secara buatan pada prinsipnya mengambil proses pengeringan alami (Siska, 2020).
Dimana sistem pengeringan buatan meniru sistem pengeringan secara alami tetapi tidak tergantung pada kondisi cuaca. Akan tetapi, kondisi iklim pada pengeringan buatan dilakukan pada suatu ruang yang dikendalikan melalui mesin pengendali oven (kiln controler).
Baca juga: Penggergajian Kayu dan Pengeringan Buatan Pada Kayu
Cara
Kasmudjo (2010) menyatakan bahwa ada tiga cara pengeringan kayu secara buatan, sebagai berikut:
1. Pengeringan dengan kipas (fan)
Cara pengeringan buatan ini adalah cara yang paling sederhana karena dalam ruang pengeringan hanya dilengkapi dengan kipas untuk mengatur sirkulasi udara. Dengan cara ini waktu pengeringan masih cukup lama da kemungkinan adanya cacat karena serangan jamur dan cendawan masih relatif banyak.
2. Pengeringan dengan Suhu Rendah
Cara pengeringan buatan ini merupakan cara pengeringan yang hanya mengendalikan sebagian faktor luar didalam ruang pengeringannya. Misalnya pengeringan tipe green house, pengeringan tipe kolektor panas, pengeringan tipe de-humifikasi, dan pengeringan dengan uap suhu rendah.
3. Pengeringan dengan Tanur Pengering (dry kiln)
Cara pengeringan buatan ini merupakan cara pengeringan yang paling memadai karena ruang pengeringan yang digunakan sudah dilengkapi dengan perlengkapan pengendalian suhu, kelembaban, dan aliran udara yang dapat dioperasikan sejak awal sampai dengan pengeringan mencapai kadar air yang diinginkan.
Tahap Pelaksanaan
Siska (2020) menyatakan bahwa ada empat tahap pelaksanaan dalam pengeringan kayu secara buatan, sebagai berikut:
1. Penyediaan alat
Penyediaan alat merupakan tahapan pertama untuk menyedia alat berupa alat pengukuran kada air kayu (Hydrometr) untuk mengetahui kadar air kayu, alat termometer kering (dry bulb temperature), alat termometer basah (wet bulb temperature), alat termometer kelembapan (relative humiditv), oven untuk proses pengeringan kayu, dan lain sebagainya.
2. Penumpukan/penyusunan kayu
Penumpukan kayu merupakan tahapan dengan syarat multak bahwa pondasi dan lantai kiln harus kuat dan datar, supaya tidak mempengaruhi kerusakan kayu dan tumpukan kayu secara keseluruhan.
3. Contoh kayu pengamatan
Contoh kayu pengamatan adalah tahapan yang bertujuan untuk dapat mewakili kelompoknya, karena kayu pengamatan bertujuan untuk menentukan langkah-langkah perubahan kondisi pengeringan.
4. Pengawasan proses pengeringan
Pengawasan proses pengeringan terbagai atas dua bagian yaitu penggunaan jawdal pengeringan dan pencatatan jalannya pengeringan. Penggunaan jawdal merupakan kegiatan pengawasan dengan adanya daftar yang memuat tahap-tahap perubahan suhu dan kelembaban udara dalam proses pengeringan berdasarkan kadar air kayu. Kemudian pencatatan jalannya pengeringan merupakan kegiatan pengawasan yang bertujuan untuk mengawasi hasil pengeringan dan sebagai tindakan penyesuaian jawdal.
Tahap Proses
Pengeringan kayu secara buatan dibedakan menjadi enam tahapan proses (Siska, 2020), sebagai berikut:
1. Tahap pemanasan awal (preheating)
Proses pemanasan awal bertujuan untuk penyamaan kadar air kayu supaya dapat diproses dalam tahapan proses pengeringan yang sama serta menghilangkan tegangan-tegangan dalam kayu selama kayu ditimbun atau dikeringkan alami. Proses ini berlangsung selama 2-12 jam, tergantung jenis dan tebal kayu.
2. Tahap pengeringan sampai titik jenuh serat (drying down to fibre saturation point)
Proses ini bertujuan untuk mengeluarkan kandungan air bebas dari dalam kayu hingga kayu mencapai titik jenuh serat dan menghindarkan keluarnya zat ekstraktif yang dapat mengubah warna kayu.
3. Tahap pengeringan dari titik jenuh serat sampai kadar air akhir (drying down from FSP to final moisture content)
Proses ini bertujuan untuk mengeluarkan kandungan air terikat dalam dinding sel kayu hingga kayu dapat dikeringkan sesuai dengan kebutuhan dan menghindarkan cacat-cacat akiba perubahan bentuk atau pecah-pecah.
4. Pengkondisian pada kadar air akhir (condition at FMC)
Proses ini merupakan proses penurunan sedikit persentase kadar air kayu dibawah target yang ditetapkan dengan cara sedikit menaikan temperatur dan mengendalikan kelembaban relatif sedikit kering.
5. Penyamaan atau pemerataan kadar air kayu
Proses ini merupakan proses dengan penyemprotan air ke dalam oven sehingga permukaan kayu menjadi basah yang bertujuan untuk menghilangkan tegangan dalam kayu akibat kurang meratanya kadar air dalam pemukaan kayu.
6. Tahap pendingin dan pembongkaran kayu (cooling down end discharge of timber stack)
Proses ini merupakan proses penurunan perlahan-lahan dan penjagaan ketetapan sirkulasi udara dalam oven.
Baca juga: 6 Proses Pengeringan Kayu secara Buatan
Sumber:
Kasmudjo. 2010. Teknologi Hasil Hutan. Cakrawala Media. Yogyakarta.
Siska, G. 2020. Pengeringan Kayu secara Buatan. UPR. Palangka Raya.
Lamboris Pane