2 Komponen Limpasan
Postingan ini diperbarui 17 Januari 2022
Limpasan permukaan merupakan suatu aliran mengalir di atas permukaan disebabkan oleh penuhnya kapasitas infiltrasi tanah. Limpasan terjadi ketika intensitas hujan yang jatuh di suatu DAS melebihi kapasitas infiltrasi, setelah itu laju infiltrasi terpenuhi, sehingga air mampu mengisi cekungan-cekungan di permukaan tanah. Dimana hal ini menyebabkan cekungan-cekungan tersebut penuh, yang air akan mengalir (melimpas) diatas permukaan tanah (Hartini, 2017).
Dari berbagai penelitian disebutkan bahwa sebagain air hujan jatuh ke permukaan tanah akan mampu meresap ke dalam tanah selebihnya akan mengalir menjadi limpasan permukaan. Kondisi daerah di tempat hujan turun mempengaruhi terhadap bagian dari air hujan yang akan meresap ke dalam tanah sehingga akan memberntuk limpasan permukaan.
Hujan sampai ke permukaan tanah akan diubah separuh menjadi limpasan setelah tanah menjadi jenuh sehingga laju perkolasi lebih rendah dari intensitas hujan. Kejadian aliran air sangat ditentukan oleh transformasi hujan dari langit kemudian sebagian mengalami abstraksi dan diitersepsi oleh tanaman penutup. Hujan yang sampai di tanah akan mengalami infiltrasi dan dalam keadaan jenuh. Setelah itu terjadilah aliran permukaan. Proses perubahan ini biasanya disebut model transformasi hujan aliran atau dalam bentuk transformasi hydrograf hujan menjadi hydrograf aliran (Hartini, 2017).
Suatu aliran air terjadi di permukaan tanah setelah jenuhnya tanah lapisan permukaan pada umumnya disebut dengan run off. Air hujan yang jatuh di permukaan bumi akan menjadi aliran permukaan (run off) setelah di lapisan permukaan jenuh oleh air hujan dan proses hujan memiliki intensitas lebih besar dari laju perkolasi. Selanjutnya aliran permukaan akan bertemu di jaringan pengaliran yang kecil disebut sebagai anak-anakan sungai. Aliran sungai akan berkumpul dan bertemu di sungai aliran air yang lebih besar, sehingga disebut dengan permukaan terpadu dengan aliran bawah permukaan (interflow) dan aliran dasar (base flow).
Sungai merupakan salah satu sistem yang terdiri dari beberapa anak sungai yang tergabung ke dalam sungai induk pada suatu daerah aliran. Jadi daerah aliran suatu sungai yang sering disebut DAS merupakan suatu wilayah ekosistem yang dibatas oleh pemisah topografi dan berfungsi sebagai pengumpul, penyimpan dan penyalur air beserta sedimen dan unsur hara lainnya (Hartini, 2017).
Berdasarkan sistem sungai yang mempunyai outlet tunggal, sistem aliran pada DAS terbagi ke dalam daerah aliran hulu, tengah, dan hilir. Pada masing-masing daerah aliran ini terjadi proses geomorfik berbeda. Misalnya di bagian daerah aliran hulu biasanya terjadi erosi vertikal, bagian daerah hilir terjadi proses erosi lateral (Hartini, 2017).
Salah satu Kegiatan aliran air sungai pada umumnya adalah mangambil (mengerosi/mengikir), mengangkut, dan mengendapkan, sehingga suatu lembab sungai tidak tetap. Artinya selalu mengalami perubahan dapat terjadi pada panjang lebar atau dalamnya lembah.
Suatu air sungai mempunyai perjalanannya dari hulu ke hilir dapat melakukan kegiatan mengikis, mengambil bahan lepas, mengangkut dan mengendapkan. Mempunyai lembah penampangnya bersifat dinamik (mengalami perubahan-perubahan). Dimana perubahan ini di sebabkan oleh erosi, erosi tersebut terdiri dari erosi lateral (menyebabkan pelebaran lembah) dan erosi mudik (menyebabkan lembah panjang ke arah hulu). Lembah dapat bertambah panjang akibat terjadi erosi lateral pada daerah-daerah aliran sungai pada stadium tua (Hartini, 2017).
Terbentuknya meander menyebabkan bertambah panjangnya lembah. Meander merupakan aliran merupakan sungai yang berliku-liku sebagai dari erosi lateral, sehingga dengan berliku-likunya aliran sungai lembah sungai pun bertambah panjang (Hartini, 2017).
Perubahan muka air laut dimana sungai tersebut bermuara. Penurunan muka air laut ini mungkin disebabkan oleh terjadi pengangkatan dasar laut atau penurunan dasar laut. Dimana penurunan dan pendangkalan dasar laut mampu menyebabkan aliran sungai bertambah panjang kearah laut, muara bergeser ke arah laut dan garis pantai bertambah lebar (Hartini, 2017).
Limpasan terdiri dari dua sumber, yaitu aliran permukaan dan aliran antara. Berikut komponen limpasan.
1. Aliran Permukaan (Surface Flow)
Aliran permukaan merupakan komponen limpasan dengan suatu bagian dari air hujan yang mengalir dalam bentuk lapisan tipis di atas permukaan tanah. Aliran permukaan disebut juga lairan langsung (direct run off). Aliran permukaan yang terkonsentrasi akan menuju sungai dalam waktu singkat, sehingga aliran permukaan merupakan penyebab utama terjadinya banjir (Hartini, 2017).
2. Aliran Antara (Interflow)
Aliran antara merupakan komponen limpasan dengan suatu aliran dalam arah lateral yang terjadi di bawah permukaan tanah. Aliran antara dapat berupa dari gerakan air dan lengas tanah secara lateral menuju elevasi yang lebih rendah. Aliran air tanah merupakan suatu aliran yang terjadi di bawah permukaan air tanah ke elevasi yang lebih rendah yang akhirnya akan menuju sungai atau langsung ke laut. Dalam analisi hidrologi aliran permukaan dan aliran antara dapat dikelompokkan menjadi satu yang disebut aliran langsung, sendangkan aliran tanah disebut aliran tak langsung (Hartini, 2017).
Baca juga: 2 Alat Ukur Evaporasi (Hidrologi dan Pengelolaan DAS)
Sumber:
Hartini, E. 2017. Modul Hidrologi dan Hidrolika Terapan. Universitas Dian Nuswantoro. Semarang.
Lamboris Pane