7 Faktor yang Mempengaruhi Laju Infiltrasi
Postingan ini diperbarui 19 Oktober 2021
Infiltrasi adalah proses masuknya air hujan ke dalam tanah. Air hujan yang masuk ke dalam tanah masuk melalui proses infiltrasi, kemudian masuk ke dalam lapisan tidak kenyang air (zone of interflow), dan selanjutnya mengalir ke dalam arah lateral sebagai antara (interflow) menuju sungai, serta mengalir secara vertikal dan dikenal dengan perlokasi (percolation) menuju air tanah atau bergerak ke permukaan sebagai evapotransipirasi (Hartini, 2017).
Gerak air dalam tanah melalui pori-pori tanah dipengaruhi oleh gaya gravitasi dan gaya kapiler. Gaya gravitasi menyebabkan aliran selalu menuju ke tempat yang lebih rendah. Gaya kapiler menyebabkan air bergerak ke segala arah. Gaya kapiler pada tanah kering lebih besar daripada tanah basah. Selain itu gaya kapiler bekerja lebih kuat pada tanah dengan lapisan lebih halus seperti lempung daripada tana berbutir kasar seperti pasir.
Dalam infiltrasi dikenal dua istilah yaitu kapasitas infiltrasi dan laju infiltrasi, yang dinyatakan dalam mm/jam. Kapasitas infiltrasi adalah laju infiltrasi maksimum untuk suatu jenis tanah tertentu, sedang laju infiltrasi adalah kecepatan infiltrasi yang nilainya tergantung pada kondisi tanah dan intensitas hujan (Hartini, 2017).
Apabila tanah dalam kondisi kering ketika infiltrasi terjadi, kapasitas infiltrasi tinggi karena kedua gaya kapiler dan gravitasi bekerja bersama-sama menarik air ke dalam tanah. Ketika tanah menjadi basah, gaya kapiler berkurang yang menyebabkan laju infiltrasi menurun. Akhirnya kapasitas infiltrasi mencapai suatu nilai konstan, yang dipengaruhi terutama oleh gravitasi dan laju perlokasi.
Faktor yang mempengaruhi laju infiltrasi adalah kedalaman genangan dan tebal lapis jenuh, kelembaban tanah, pemampatan oleh hujan, penyumbatan oleh butir halus, tanaman penutup, topografi dan intensitas hujan dan sifat-sifat tanah (Hartini, 2017).
Baca juga: 2 Pengukuran Laju Infiltrasi
1. Kedalaman Genangan dan Tebal Lapis Jenuh
Apabila tebal suatu lapisan jenuh air (L), dapat dianggap bahwa air mengalir ke bawah melalui sejumlah tabung kecil. Aliran melalui lapisan tersebut serupa dengan aliran melalui pipa. Kedalaman genangan di atas permukaan tanah (D) memberikan tinggi tekanan pada ujung atas tabung sehingga tinggi tekanan total yang menyebabkan aliran adalah D + L (Hartini, 2017).
2. Kelembaban Tanah
Jumlah air tanah mempengaruhi kapasitas infiltrasi. Ketika air jatuh pada tanah kering, permukaan atas dari tanah tersebut menjadi basah, sedang bagian bawahnya raltif masih kering. Dengan demikian terdapat perbedaan yang besar dari gaya kapiler antara permukaan atas tanah dan yang ada di bawahnya. Karena adanya perbedaan tersebut, maka terjadi gaya kapiler yang bekerja sama dengan gaya berat, sehingga air bergerak ke bawah (infiltrasi) dengan cepat.
Dengan bertambahnya waktu, permukaan bawah tanah menjadi basah, sehingga perbedaan daya kapiler berkurang, sehingga infiltrasi berkurang. Selain itu, ketika tanah menjadi basah koloid yang terdapat dalam tanah akan mengembang dan menutupi pori-pori tanah, sehingga mengurangi kapasitas infiltrasi pada periode awal hujan (Hartini, 2017).
3. Pemampatan oleh Hujan
Ketika hujan jatuh di atas tanah, butir tanah mengalami pemadatan oleh butiran air hujan. Pemadatan tersebut mengurangi pori-pori tanah yang berbutir halus (seperti lempung), sehingga dapat mengurangi kapasitas infiltrasi. Untuk tanah pasir, pengaruh tersebut sangat kecil (Hartini, 2017).
4. Penyumbatan oleh Butir Halus
Ketika tanah sangat kering, permukaannya terdapat butiran halus. Ketika hujan turun dan infiltrasi terjadi, butiran halus tersebut terbawa masuk ke dalam tanah, dan mengisi pori-pori tanah, sehingga mengurangi kapasitas infiltrasi (Hartini, 2017).
5. Tanaman Penutup
Banyaknya tanaman yang menutupi permukaan tanah, seperti rumput atau hutan, dapat menaikkan kapasitas infiltrasi tanah tersebut. Dengan adanya tanaman penutup, air hujan tidak dapat memampatkan tanah, dan juga akan terbentuk lapisan humus yang dapat menjadi sarang/tempat hidup serangga. Apabila terjadi hujan lapisan humus mengembang dan lobang-lobang (sarang) yang dibuat serangga akan menjadi sangat permeabel. Kapasitas infiltrasi bisa jauh lebih besar daripada tanah yang tanpa penutup tanaman (Hartini, 2017).
6. Topografi
Kondisi topografi juga mempengaruhi infiltrasi. Pada lahan dengan kemiringan besar, aliran permukaan mempunyai kecepatan besar sehingga air kekurangan waktu infiltrasi. Akibatnya sebagian besar air hujan menjadi aliran permukaan. Sebaliknya pada lahan yang datar air menggenang sehingga mempunyai waktu cukup banyak untuk infiltrasi (Hartini, 2017).
7. Intensitas Hujan
Jika intensitas hujanlebih kecil dari kapasitas infiltrasi, maka laju infiltrasi aktual adalah sama dengan intensitas hujan. Apabila intensitas hujan lebih besar dari kapasitas infiltrasi, maka laju infiltrasi aktual sama dengan kapasitas infiltrasi (Hartini, 2017).
Sumber: 9 Tahapan Terjadinya Siklus Hidrologi
Sumber:
Hartini, E. 2017. Modul Hidrologi dan Hidrolika Terapan. Universitas Dian Nuswantoro. Semarang.
Lamboris Pane