5 Faktor Mempengaruhi Persepsi Bidang Kehutanan
Postingan ini diperbarui 09 November 2021
Persepsi adalah dasar dari setiap pengalaman yang dipengaruhi oleh kebudayaan, diawali oleh penginderaan yang disatukan dan dikoordinasikan di dalam pusat saraf yang lebih tinggi (otak) sehingga manusia bisa mengenali dan menilai objek-objek tertentu dan menimbulkan reaksi yang berbeda satu dengan yang lainnya (Sarwono, 1992).
Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia, melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya hubungan ini dilakukan dengan indera penglihat, pendengar, peraba, dan penciuman (Slameto, 2010).
Faktor-faktor dalam individu yang menentukan persepsi adalah kecerdasan, emosi, minat, pendidikan, pendapat, dan kapasitas indera. Sedangkan faktor dari luar diri individu yang mempengaruhi persepsi adalah pengaruh kelompok, pengalaman masa lalu dan latar belakang sosial budaya (Sandi, 2006).
Persepsi mengadung tiga komponen yang membentuk struktur sikap, yaitu:
- Komponen kognitif (persepsual) adalah komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap objek sikap.
- Komponen afektif (emosional) adalah komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap.
- Komponen konatif (perilaku) adalah komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap yaitu: menunjukkan besar kecilnya kencenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap (Walgito, 2002).
Wibowo (1998) menjelaskan bahwa banyak sekali faktor-faktor pada diri perseptor (individu yang memberikan persepsi) yang dapat mempengaruhi bagaimana persepsinya sendiri atau menimbulkan perbedaan-perbedaan antara persepsinya dan persepsi orang lain.
Faktor-faktor tersebut adalah pengalaman, intelgensia, kemampuan menghayati stimuli, ingatan, disposisi kepribadian, sikap terhadap stimulus, kecemasan dan penghargaan.
Berikut 5 faktor mempengaruhi persepsi bidang kehutanan adalah.
Baca juga: Makalah Ergonomi Kehutanan: Analisis Pengaruh Beban Kerja terhadap Kinerja Pekerja
1. Faktor Sosial Ekonomi Masyarakat
Pada dasarnya lingkungan hidup bila dipandang sebagai suatu sistem dapat terdiri dari lingkungan alam (ekosistem), lingkungan hidup sosial ekonomi, dan lingkungan hidup binaan (Fandeli, 1992). Ketiga sistem tersebut harus dipandang secara menyeluruh karena ketiga sistem tersebut saling bergantung satu dengan yang lainnya.
Demikian halnya perubahan fungsi lahan juga akan membawa dampak terhadap lingkungan alam, lingkungan binaan dan lingkunan sosial ekonomi maka selayaknya setiap ada pembangunan hendaknya memperhitungkan ketiga aspek tersebut. Dampak sosial ekonomi adalah konsekuensi sosial ekonomi dari kegiatan perubahan yang direncanakan, baik perubahan biogenik, sosial ataupun ekonomi (Pelly, 1991).
2. Pendidikan Masyarakat
Sumberdaya manusa merupakan modal besar dari kekayaan suatu bangsa. Modal fisik dan sumberdaya alam hanyalah faktor-faktor produksi yang pada dasarnya bersifat pasif, manusialah agen-agen aktif yang akan mengumpulkan modal memproduksi sumber-sumber alam, membangun berbagai organisasi sosial, ekonomi dan politik, serta melaksanakan pembangunan nasional.
Cara yang paling efektif dan efesien dalam mengembangkan sumberdaya manusia adalah melalui pengetahuan masyarakat dengan memberi pelayanan pendidikan dan kesehatan yang sebaik-baiknya. Pendidikan ini mencakup pendidikan formal (pendidikan dasar, pendidikan menengahh dan penguruan tinggi) dan pendidikan non formal termasuk pelatihan dan penyuluhan (Yusnita dan Sudrajat, 2003).
Pendidikan pada prinsipnya memberikan nilai-nilai tertentu pada manusia, terutama dalam membuka pikirannya untuk menerima hal-hal yang masih baru sekaligus dapat berpikir secara alamiah. Pendidikan dapat juga mengakibatkan seseorang dalam masyarakat memilih fakta yang terhadanya. Secara teroritis hal tersebut dapat mempengaruhi sikap dan pandangan manusia (Van Den Ban dan Hawkins, 1999).
3. Umur
Umur adalah lamanya hidup dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan (Nursalam, 2001). Untuk mengetahui tingkat umur masyarakat, dalam penelitian umunya tingkat umur dibagi menjadi lima kategori, yaitu (1) 16-20 tahun, (2) 21-30 tahun, (3) 31-40 tahun, (4) 41-50 tahun dan (5) >50 tahun.
Perbedaan usia juga mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat. Dalam masyarakat terdapat pembedaan kedudukan dan derajat atas dasar seƱoritas, sehingga akan memunculkan golongan tua dan golongan muda, yang berbeda-beda dalam hal-hal tertentu, misalnya menyalurkan pendapat dan mengambil keputusan (Yulianti, 2000).
4. Pendapatan
Pendapatan rumah tangga adalah sejumlah pendapatan rill dari seluruh anggota rumah tangga yang disumbangkan untuk memenuhi kebutuhan bersama maupun perorangan dalam rumah tangga.
Pendapatan formal dalah pendapatan yang diperoleh melalui pekerjaan pokok. Pendapatan informal adalah pendaptan yang diperoleh melalui pekerjaan tambahan diluar pekerjaan pokoknya.
Pendapatan subsisten adalah pendapatan yang diperoleh dari sektor produksi yang dinilai dengan uang. Dapat dikatakan juga bahwa pendapatan rumah tangga merupakan jumlah keseluruhan dari pendapatan formal/informal, dan subsisten (Sumardi dan Evers, 1985).
Besar pendapatan berhubungan dengan kemampuan untuk membiayai kebutuhan hidup. Bagi masyarakat yang tidak mampu adakalanya kemampuan membiayai kebutuhan hidup tidak sebanding dengan keinginan untuk mempertahankan kehidupannya. Jika hal ini terjdai maka akan bermuara pada terbentuknya perilaku menyimpang. Sulitnya untuk memenuhi kebutuhan hidup menyebabkan keinginan tidak sesuai dengan kemampuan, hal ini yang menjadi titik awal terjadinya perilaku akibat dorongan pemenuhan kebutuhan ekonomi (Sukirno, 1985).
5. Lama Bermukim
Melihat peningkatan kehidupan dapat dilihat pada tingkat harapa hidup rata-rata penduduk, sebab tidak ada ukuran yang lebih baik kecuali lamanya hidup seseorang dalam suatu wilayah. Menentukan lamanya masyarakat menempati suatu wilayah kerap kali dihadapkan pada berbagai dilema yang perlik, karena sering kali seseorang pindah melewati suatu daerah tertentu dan di daerah tersebut disusun data statistika tetapi masyarakat yang telah didata hanya menetap dalam waktu relatif singkat, sehingga akibatnya vadilitas data dihimpun tidak jelas.
Sebagai contoh pekerja tambang dan perkebunan seringkali pindah dan bertempat tinggal selama satu tahun dan kemudian pindah lagi untuk bekerja di bidang yang lain (Yassin, 2000).
Waktu yang dibutuhkan masyarakat dalam beradaptasi dengan lingkungannya tidak terlepas dari kondisi permukiman masyarakat. Hal itu akan terkait dengan pengadaan lahan guna mendapatkan ruang untuk bertempat tinggal. Lingkungan pemukiman akan sangat mempengaruhi pembinaan dan watak manusia.
Pemukiman sebagai suatu kesinambungan ruang kehidupan dari seluruh unsurnya, baik yang alami amupun non alami yang saling mendukung dan melindungi secara fisik, sosial dan budaya.
Keanekaragaman kondisi sosioal budaya, sosial ekonomi dan fisik serta dinamika perubahannya, dijadikan dasar pertimbangan utama pengelolaan dan pengembangan permukiman yang terpadu secara sosial maupun fungsional. Artinya pengembangan pemukiman bertujuan untuk melakukan integral. Artinya pengembangan pemukiman bertujuan untuk melakukan intergral sosial, ekologis dan fungsional yang menjamin peningkatan kualitas hidup secara berkelanjutan (Syahrin, 1999).
Baca juga: Kelurahan Kalampangan | Keadaan Umum Lokasi
Sumber:
Fandeli, C. 1992. Analsisi Mengenai Dampak Lingkungan Hidup berdasarkan Prinsip Dasar dan Penerapannya dalam Pembangunan. Liberty. Bogor.
Nursalam. 2001. Pendekatan Praktis Metedologi Riset. Info Medika. Jakarta.
Pelly, U. 1991. Dampak Kegiatan Pembangunan pada Sosial Budaya (Kerangka Analsis Dampak Lingkungan Sosial). Kursus Dasar-dasar AMDAL X. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Sandi, R. 2006. Persepsi Masyarakat Sekitar Hutan tentang Keberadaan HPHTI Toba Pulp Lestari di Desa Aek Raja, Kecamatan Parmonangan, Kabupaten Tapanuli Utara. Skripsi Program Sarjana Kehutanan. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Sarwono, S. W. 1992. Psikologi Lingkungan. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta.
Sukirno, S. 1985. Ekonomi Pembangunan. Bima Grafika. Jakarta.
Sumardi, M. dan H. D. Evers. 1985. Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok. CV. Rajawali. Jakarta.
Syahrin, A. 1999. Pembangunan Perumahan dan Pemukiman Berkelanjutan yang Berwawasan Lingkungan. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Van Den Ban, A. W. dan H. S. Hawkins. 1999. Penyuluhan Pertanian. Kanisius. Yogyakarta.
Walgito, B. 2002. Pengantar Psikologi Umum. Edisi III. Yogyakarta.
Wibowo, I. 1998. Psikologi Dasar. Universitas Terbuka. Karunika. Jakarta.
Yassin, M. 2000. Dasar-dasar Demografi. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Yulianti, P. 2000. Pengaruh Sumber-Sumber Stres Kerja terhadap Kepuasan Kerja Tenaga Eduktif Tetap Fakultas Ilmu Universitas Airlangga di Surabaya. Tesis tidak diterbitkan. Program Pascasarjana Ilmu Manajemen Universitas Airlangga. Surabaya.
Yusnita, I. dan A. Sudrajat. 2003. Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. IPB Press. Bogor.
Lamboris Pane