3 Metode Penyiapan Lahan Pohon Jelutung
Postingan ini diperbarui 09 November 2021
Pohon jelutung merupakan salah satu jenis pohon yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, yang sekarang mulai digunakan dalam pengembangan Hutan Tanaman Industri (HTI) terutama pada areal yang berhabitat rawa gambut.
Pohon jelutung dikenal sebagai penghasil getah yang merupakan salah satu hasil hutan bukan kayu yang menjadi barang dagangan ekspor, sebagain besar getah jelutung digunakan untuk bahan dasar pembuatan permen karet dan juga dapat digunakan sebagai campuran pada komposisi karet agar mudah dikerjakan.
Jelutung dapat ditanam dengan pola tanam monokultur (tanaman sejenis) atau pola tanam agroforestri (campuran dengan berbasisi pohon atau komoditas lain). Dimana pembangunan kebun agroforestri jelutung dapat dilakukan di lahan semak belukar, atau di kebun yang sudah ada tanaman pokok.
Untuk itu diperlukan teknik penyiapan lahan dalam membudidayakan pohon jelutung baik melalui tanam monokultur maupun agroforestry (Bastoni et al, 2015). Metode penyiapan lahan terhadap pohon jelutung terdiri dari metode jalur, metode sisipan, dan metode gundukan. Berikut penjelasannya.
Baca juga: Metode Penelitian Pemberian Pupuk NPK terhadap Jelutung Rawa
1. Metode Jalur
Metode jalur merupakan metode penyiapan lahan pohon jelutung meliputi kegiatan pembersihan lahan dilakukan pada jalur yang akan ditanami jelutung. Dimana pada kebun yang sudah ada tanaman pokoknya, jalur tanam jelutung dibuat diantara jalur tanam tanaman pokok.
Pada lahan yang sudah ada tanaman pokok, jarak antar jalur mengikuti jarak antar jalur tanaman pokok. Misalnya pada karet, jarak antar jalur berkisar antara 4-5 m, sedangkan pada tanaman kelapa sawit, jarak antar jalur berkisar antara 8-9 m. Dan juga jalur tanam dibersihkan dengan lebar 1 m.
Pada pola tanam agroforestry harus memperharikan persaingan cahaya dan hara oleh tanaman. Pada umumnya pola tanam ini, jarak tanam jelutung adalah 5 x 3 x 5 m pada kebun kopi, 5 x 5 x 5 m pada kebun karet, dan 8 x 8 x 8 m pada kebun kelapa sawit.
2. Metode Sisipan
Metode sisipan merupakan metode penyiapan lahan pohon jelutung dengan teknik yang sistem penanamannya tradisional kebun karet campur, yaitu menanam bibit di antara tanaman pokok, dengan mempertimbangkan celah yang ada. Dimana celah ini bertujuan untuk bibit mendapatkan cahaya matahari dan ruang untuk tumbuh (Joshi et al., 2002).
Teknik ini pada umumnya bersifat hemat tenaga dan biaya, karena hanya menyisipkan bibit jelutung di antara tanaman pokok. Akan tetapi, jarak tanam pohon menjadi tidak teratur, sehingga akan menyulitkan pada saat pemanenan.
3. Metode Gundukan
Metode gundukan merupakan metode penyiapan lahan pohon jelutung dengan teknik yang digunakan pada hutan yang mengalami degradasi berat, yang ditandai oleh semak pakis, rumput dan genangan air, penanaman atau rehabilitasi dilakukan.
Teknik ini bermanfaat untuk mengumpulkan massa tanah sebagai tempat berjangkarnya perakaran tanaman dan meninggalkan bagian tanah, agar bibit terendam air. Dimana tinggi gundukan minimal 50% dari genangan air pada puncak musim hujan.
Pada teknik ini menggunakan jarak tanam 3 x 3 x 4 x 4 m atau 4 x 5 m. Dimana menurut Bastoni et al (2015) menyatakan bahwa semakin dekat jarak tanam, akan membutuhkan lebih banyak bibit untuk penanaman. Jarak tanam yang lebar dilakukan dengan tujuan pengkayaan jenis, jika masih banyak terdapat tegakan tinggi.
Baca juga: Makalah Jelutung | Pendahuluan, Isi, dan Kesimpulan
Sumber:
Bastoni et al. 2015. Jelutung Rawa : Teknik Budidaya dan Prospek Ekonominya. ICRAF. Bogor.
Joshi et al. 2002. Jungle Rubber : a Traditional Agroforestry System Under Pressure. International Centre for Research on Agroforestry (ICRAF). Bogor.
Lamboris Pane