7 Klasifikasi Burung Rangkong
Postingan ini diperbarui 08 November 2021
Burung rangkong yang terdapat di Indonesia terdiri atas 7 Genus dari Family Bucerotidae, Ordo Coraciiformes, Class Aves, Superclass Tetrapoda, Subphylum Vertebrata, Phylum Chordata, Kingdom Animalia. Ketujuh Genus memiliki spesies tersendiri, perbedaan antara Genus.
Berikut 7 klasifikasi Burung Rangkong,
1. Genus Anthracoceros
Genus Anthracoceros memiliki ukuran tubuh mulai 55-65 cm dengan berat tubuh 600-1.050 gram. Semua spesies berkembang biak sebagai pasangan tunggal tetapi kadang-kadang ditemukan dalam kelompok. Genus ini terdiri dari dua spesies yaitu; Kangkareng perut putih (Anthracoceros albirostris) dan kangkareng hitam (Anthracoceros malayanus). Kangkareng perut putih (Anthracoceros albirostris) memiliki ukuran tubuh ± 45 cm Sedangkan Kangkareng hitam (Anthracoceros malayanus) memiliki ukuran tubuh ± 75 cm (Galetti & McConkey, 1998).
2. Genus Buceros
Genus Buceros memiliki salah satu spesies yang terbesar dari burung rangkong di Asia. Genus ini terdiri dari dua spesies yaitu rangkong papan (Buceros bicornis) dan rangkong badak (Buceros rhinoceros). Rangkong papan (Buceros bicornis) memiliki ukuran tubuh mulai 95-105 cm dengan berat tubuhnya sampai 3.400 gram, sedangkan rangkong badak (Buceros rhinoceros) memiliki ukuran tubuh mulai 80-90 cm dengan berat tubuhnya sampai 2.500 gram (Mohd-Azlan, et al., 2016).
3. Genus Aceros
Genus Aceros memiliki ukuran tubuh mulai 65-100 cm dengan berat tubuh 1,000-2,600 gram. Genus Aceros merupakan yang paling berwarna-warni dari spesies rangkong (Nur, 2013). Genus ini terdiri dari tiga spesies yaitu; julang Sulawesi (Aceros cassidix) dan julang jambul hitam (Aceros corrugatus) dan enggang jambul putih (Aceros comatus).
4. Genus Rhyticeros
Genus Rhyticeros memiliki bulu berwarna hitam berkilau, kepala dan leher berwarna krem atau cokelat. Kulit pada bagian leher dan di sekitar mata tidak berbulu dengan warna bervariasi. ekor berwarna putih kecuali ekor julang Sumba (Rhyticeros everetti) berwarna hitam (Wibawanto & Pudyatmoko, 2011). Genus ini terdiri dari empat spesies yaitu; julang emas (Rhyticeros undalatus), julang dompet (Rhyticeros subruficollis), julang Sumba (Rhyticeros everetti) dan julang Papua (Rhyticeros plicatus).
5. Genus Rhinoplax
Genus Rhinoplax merupakan burung rangkong terbesar dan paling aneh dari seluruh Family Bucerotidae. Genus Rhinoplax memiliki ukuran tubuh mulai 110-120 cm dengan tambahan 20-30 cm di bulu ekor tengah, berat tubuhnya 2.600-3.100 gram. Genus ini terdiri dari satu spesies yaitu rangkong gading (Rhinoplax vigil). Rangkong Gading (Rhinoplax vigil) memiliki ukuran tubuh 120 cm, ditambah 50 cm pita pada ekor tengah, berwarna coklat dan putih. Rangkong gading memiliki pita yang sangat panjang pada ekornya. Ciri khasnya ekor berwarna putih dengan garis hitam melintang dan garis putih lebar pada sayap (Beastall et al., 2016).
6. Genus Penelopides
Genus Penelopides memiliki ukuran tubuh sekitar 45 cm dengan dengan berat tubuhnya 400-700 gram.51 Genus ini terdiri dari satu spesies yaitu kangkareng Sulawesi (Penelopides exarhatus). Kangkareng Sulawesi berwarna hitam, termasuk ekor dengan punggung bersemu hijau. Muka dan tenggorokan pada jantan berwarna kuning, sedangkan pada betina berwarna hitam (O'BRIEN, 1997).
7. Genus Anorrhinus
Genus Anorrhinus juga dikenal sebagai burung enggang coklat. Genus Anorrhinus memiliki ukuran tubuh mulai 60-65 cm dengan dengan berat tubuhnya 680-1.250 gram. Genus ini terdiri dari satu spesies yaitu Anorrhinus galeritus. Enggang klihingan atau enggang belukar (Anorrhinus galeritus) memiliki ukuran tubuh 70 cm. Ekor berwarna coklat keabu-abuan dengan garis lebar hitam pada ujungnya (Leighton, 1982).
Baca juga: Habitat dan Penyebaran Burung Rangkong
Sumber:
Beastall, C., Shepherd, C. R., Hadiprakarsa, Y., & Martyr, D. 2016. Trade in the Helmeted Hornbill Rhinoplax vigil: the ‘ivory hornbill’. Bird Conservation International, 26(2), 137-146.
Galetti, M., & McConkey, K. 1998. Black hornbill Anthracoceros malayanus following gibbons in central Borneo. Ibis (London. 1859), 140(4), 686-687.
Leighton, M. 1982. Fruit resources and patterns of feeding, spacing and grouping among sympatric Bornean hornbills (Bucerotidae) (Doctoral dissertation, University of California, Davis).
Mohd-Azlan, J., Said, A., Kheng, S. L., & Tisen, O. B. 2016. The distribution of Buceros rhinoceros and awareness of its conservation status. In Naturalists, Explorers and Field Scientists in South-East Asia and Australasia (pp. 215-223). Springer, Cham.
Nur, R. F. 2013. Kelimpahan dan Distribusi Burung Rangkong (Famili Bucerotidae) di Kawasan PT. Kencana Sawit Indonesia (KSI), Solok Selatan, Sumatera Barat. Prosiding SEMIRATA 2013, 1(1).
O'BRIEN, T. G. 1997. Behavioural ecology of the North Sulawesi Tarictic Hornbill Penelopides exarhatus exarhatus during the breeding season. Ibis, 139(1), 97-101.
Wibawanto, B. R., & Pudyatmoko, S. 2011. Kajian Potensi dan Pengembangan Ekowisata Birdwatching di Taman Nasional Manupeu Tanah Daru (Doctoral dissertation, [Yogyakarta]: Universitas Gadjah Mada).
Lamboris Pane