3 Model Pertumbuhan Tegakan Hutan
Postingan ini diperbarui 19 September 2021
Vanclay (1994) menyatakan bahwa model pertumbuhan tegakan adalah abstraksi dari dinamika alami suatu tegakan hutan yang mungkin meliputi adanya pertumbuhan, mortalitas dan perubahan-perubahan lain pada komposisi dan struktur tegakan. Suatu model pertumbuhan mungkin terdiri atas serangkaian persamaan matematik, nilai-nilai numerik yang melekat pada persamaan tersebut, kebutuhan logis yang menghubungkan persamaan ini dalam berbagai cara tertentu.
Model pertumbuhan dan hasil merupakan suatu alat yang digunakan dalam manajemen hutan untuk mengkaji produktifitas yang mungkin dihasilkan dalam suatu konsesi hutan. Penerapan model digunakan untuk mengkaji apakah manajemen hutan dipraktekkan akan berpadanan dengan objektif manajemen, contohnya berhubungan dengan konsep indikator kelestarian (Gardingen & Philips, 1999).
Von Gadow & Hui (1999) menyatakan bahwa pola pertumbuhan adalah sebuah prasyarat penting untuk mengevaluasi berbagai aksi khususnya pengelolaan bagi perkembangan masa depan sumberdaya alam, contohnya ekosistem daerah hutan. Model pertumbuhan dapat memberikan informasi utama tentang perubahan dinamik dari berkurangnya nilai-nilai nyata karakteristik suatu hutan, contohnya stability dan resilience dalam mempengaruhi lingkungan oleh polusi industri atau nilai estetika yang diberikan dari struktur tegakan hutan.
Davis & Johnson (1987) menyatakan bahwa berdasarkan unit-unit dasar yang menyusun suatu model, model pertumbuhan (empiris) dikelompokkan atas 3 model kelompok, yaitu model tegakan keseluruhan (whole stand models), model kelas ukuran (size class models), atau model kelas tegakan (stand class models), dan model individu pohon (single tree models).
Berikut penjelasan 3 model pertumbuhan tegakan hutan adalah,
Baca juga: 10 Jenis Kerusakan Akibat Kebakaran Hutan
1. Model Tegakan Keseluruhan (Whole Stand Models)
Model ini adalah model pertumbuhan dan hasil yang dimana unit-unit dasar penyusun modelnya merupakan parameter-parameter tegakan seperti bidang dasar, stocking (kerapatan pohon), volume tegakan, dan parameter penciri sebaran diameter yang digunakan untuk menduga pertumbuhan dan hasil dari hutan. Hal ini dikarenakan hanya memerlukan informasi yang sedikit tetapi informasi yang diberikan lebih bersifat umum untuk menggambarkan pertumbuhan suatu tegakan.
Model tegakan keseluruhan sangat bermanfaat untuk pemodelan pertumbuhan hutan tanaman yang umurnya seumur dan memiliki keterbatasan apabila digunakan untuk hutan campuran, dimana dijumpai banyak jenis dan berbagai ukuran pohon yang menyusun tegakan.
2. Model Kelas Tegakan (Stand Class Models)
Model ini menggunakan pohon sebagai unit dasar pemodelannya. Dimana model ini membagi tegakan dalam dua atau lebih kelas ukuran tetapi kelas-kelas yang dihasilkan lebih sedikit dari jumlah pohon yang ada. Pendekatan model kelas tegakan merupakan kompromi antara model tegakan keseluruhan (satu kelas tunggal untuk semua pohon) dengan model individu pohon (satu kelas untuk masing-masing jenis pohon).
Model kelas tegakan digunakan secara luas untuk model pertumbuhan dan hasiil diiberbagai tipe hutan, baik hutan murni seumur hingga ke hutan hujan tropika. Keuntungan dari model ini adalah relatif sederhana, perhitungannya efesien, lebih detail untuk simulasi kelas dalam tegakan, dan memberikan informasii yang cukup terinci untuk berbagai praktek pengelolaan hutan.
Ada 4 variabel kunci dalam pemodelan hutan tidak seumur, adalah laju pertumbuhan tegakan, sebaran diameter dalam setiap tegakan, komposisi jenis dan lamanya siklus tebang (Leuschner, 1990) dalam Rosmantika, 1997). Akan tetapi untuk masalah utama yang muncul dalam penaksiran produktifitas hutan tropika (pertumbuhan dan hasil) melalui model pertumbuhan, yang dikelola berdasarkan tebang pilih seperti Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTI) diantaranya yaitu perhitungan kematian (mortality) dan pertumbuhan ke dalam (ingrowth), identifikasi jenis dan keakuran pengukuran ulang setiap individu pohon (Kock, 1995 dalam Labetubun, 2005).
3. Model Individu Pohon (Single Tree Models)
Model ini menggunakan individu pohon sebagai unit dasar penyusun model. Penerapan model ini memerlukan daftar seluruh jenis pohon yang menyusun tegakan, mencakup ukuran diameter, tinggi, bentuk tajuk, disamping posisi spasial setiap pohon, tinggi pohon dan kelas tajuk.
Pendekatan model ini untuk menerangkan pertumbuhan (pemodelan pertumbuhan pada hutan campuran tidak seumur) dan digunakan untuk mempelajari adanya kompetisi, kematian, variasi komposisi jenis dan pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan tegakan hutan.
Menggunakan pendekatan model individu pohon akan memperoleh satu model untuk setiap jenis pohon (tingkat pohon), maka diperlukan data tentang ukuran dimensi setiap pohon yang diamati. Selain itu model ini relatif lebih kompleks, banyaknya data yang harus dikumpulkan dan lebih mahal.
Pendekatan model ini dikelompokkan menjadi dua kelas berdasarkan cara penanganan status kompetisi antar individu pohonnya, adalah:
- Distance-Independent models, setiap pohon dimodelkan terpisah dan posisi kompetisinya diterapkan oleh perbandingan diameter individu pohonnya, tinggi, dan kondisi tegakan (bidang dasar dan rataan diameter).
- Distence-dependent models. selain memperhatikan ukuran individu pohonnya juga memperhatikan posisi spasial (jarak) setiap pohon yang akan mempengaruhi status kompetisi antar individu pohon.
Baca juga: 7 Jenis Hama di Kawasan Hutan
Sumber:
Davis, T. A., & Johnson, D. V. 1987. Current utilization and further development of the palmyra palm (Borassus flabellifer L., Arecaceae) in Tamil Nadu State, India. Economic Botany, 41(2), 247-266.
Labetubun, M. S. 2005. Metode Pengaturan Hasil Hutan Tidak Seumur Melalui Pendekatan Model Dinamika Sistem (Kasus Hutan Alarn Bekas Tebangan).
Philips, P. D., & Van Gardingen, P. R. 1999. Ecological species grouping for forest management in east Kalimantan. Project report. Berau Forest Management Project.
Rosmantika, M. 1997. Studi Model Dinamika Struktur Tegakan Hutan Alam Bekas Tebangan Di Stagen Pulau Laut Kalimantan Selatan.[Skripsi]. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Tidak diterbitkan.
Vanclay, J. K. 1994. Modelling forest growth and yield: applications to mixed tropical forests. CAB international.
Von Gadow, K., & Hui, G. 1999. Modelling forest development (Vol. 57). Springer Science & Business Media.
Lamboris Pane