3 Tumbuhan Unik di Hutan
Postingan ini diperbarui 22 Desember 2021
Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
Di hutan mempunyai jenis-jenis tumbuhan unik. Tumbuhan unik adalah jenis tumbuhan yang mempunyai ciri khusus, kemampuan khusus, habitat khusus, dan potensi khusus yang umumnya berada di di kawasan hutan. Berikut 3 jenis tumbuhan unik di hutan.
Baca juga: 7 Tumbuhan yang Dilindungi di Kalimantan Tengah
1. Kantong Semar
Kantong semar (Nepenthes sp.) adalah salah tumbuhan unik di hutan sebagai pemakan serangga yang disebut juga tumbuhan karnivora. Tumbuhan unik daerah tropik yang merupakan salah satu kekayaan alam Indonesia. Kantong semar banyak di temukan di Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua, Maluku dan Jawa. Jenis kantong semar terbanyak terdapat di Pulau Kalimantan.
Kantong semar tumbuh dan tersebar mulai dari Australia bagian utara, Asia Tenggara,hingga Cina bagian selatan. Indonesia sendiri memiliki Pulau Kalimantan dan Sumatera sebagai surga bagi habitat tanaman ini. Dari 64 jenis yang hidup di Indonesia, 32 jenis diketahui terdapat di Borneo (Kalimantan, Serawak, Sabah dan Brunei) sebagai pusat penyebaran kantong semar. Pulau Sumatera menempati urutan kedua dengan 29 jenis yang sudah berhasil di identifikasi. Keragaman jenis kantong semar di pulau lainnya belum tentu di ketahui secara pasti. Namun berdasarkan hasil penelusuran herbarium di Herbarium Bogoriense,Bogor di temukan bahwa di Sulawesi minimum 10 jenis, dan Jawa 2 jenis.
Tumbuhan kantong semar ini pada spesiesnya kebanyakan tumbuh di tempat dengan kelembapan tinggi dan cahaya dengan tingkat menengah hingga tinggi. Beberapa spesies seperti Nepenthes ampullaria tumbuh di tempat yang mirabilis tumbuh ditempat yang terbuka dengan cahaya yang berlimpah. Dimana tanah tempat tumbuh nepenthes biasanya miskin hara dan asam.
Kantong semar tumbuh di tempat yang agak terlindung atau terbuka. Tumbuhan unik ini hidup pada tanah yang miskin unsur hara dan memiliki kelembaban yang tinggi.
Tumbuhan kantong semar dapat mencapai tinggi 15-20 m dengan cara memanjat tanaman lainnya, walaupun ada beberapa speseis yang tidak memanjat. Pada ujung daun terdapat sulur yang dapat termodifikasi membentuk lantong, yaitu alat perangkap yang dimanfaatkan untuk memakan mangsanya. Sehingga kantong ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang tidak tersedia pada habitat tumbuh (Wikipedia).
Adapun manfaat tumbuhan kantong semar, sebagai berikut.
- Kantong semar dengan spesies Nepenthes gymnamphora dapat di gunakan sebagai indikator suatu iklim di daerah tertentu. Jika spesies kantong semar ini dapat di tumbuhkan pada suatu daerah,maka daerah itu dapat di pastikan memiliki tingkat curah hujan yang tinggi,tanah dengan unsur hara rendah serta kelembaban udara melebihi 75%.
- Cairan pada kantong dapat di gunakan sebagai obat batuk,dengan catatan bahwa cairan yang di gunakan yang di ambil dari kantong yang tertutup.
- Air rebusan dari cairan dan akar tanaman ini dapat di gunakan sebagai obat sakit perut,luka bakar,dan iritasi mata.
- Batang tanaman yang sudah di keringkan dari jenis Nepenthes ampullaria dapat di gunakan sebagai pengganti tali jerat.
- Pada beberapa Negara seperti Filipina,kantong dari tanaman ini dapat di gunakan sebagai pembungkus ketika menanak atau memasak nasi atau sebagai pengganti daun pisang pada pengemasan makanan tradisional,dengan catatan bahwa kantong yang di gunakan sudah di cuci bersih untuk menghilangka cairannya dan lapisan lilinnya.
Tumbuhan kantong semar ini dapatt mengalami kepunahan terhadap keanekaragamannya kemungkianan disebabkan tingginya laju deforestasi, kebakaran hutan, serta makin menurunnya luas hutan alam. Dan juga kemungkinan ada seseorang yang merusak dan mengambil kantong semar untuk dimanfaatkan sebagai obat tradisional.
2. Padma Raksasa
Tumbuhan Rafflesia arnoldii atau disebut dengan padma raksasa yang merupakan salah satu tumbuhan unik di hutan sebagai parasif obligat yang tumbuh pada batang liana (tumbuhan merambat) dari genus Tetrastigma.
Menurut WWF Indonesia menyatakan bahwa tumbuhan ini pertama kali ditemukan pada tahun 1818 di hutan hujan tropis Sumatera oleh seorang pemandu yang bekerja pada Dr. Joseph Arnold yang sedang mengikuti ekspedisi Thomas Stanford Raffles, hingga tumbuhan ini diberi sesuai dengan penemunya yaitu gabungan antara Raffles dan Arnold.
Tumbuhan Rafflesia arnoldii ini merupakan tumbuhan parasif tidak berakar, tidak berdaun, dan tidak bertangkai. Tumbuhan ini mempunyai diamater bunga ketika sedang mekar bisa mencapai 1 meter dengan berat sekitar 11 kilogram. Tumbuhan ini mampu menghisap unsur anorganik dan organik dari tanaman inang Tetratisgma (Wikipedia)
Bunga mempunyai lima daun mahkota yang mengelinggi bagian yang terlihat seperti mulut gentong. Di dasar bunga terdapat bagian seperti piringan berduri, berisi benang sari atau putik bergantung pada jenis kelamin bunga jantan atau betina.
Tumbuhan Rafflesia arnoldi memiliki organ reproduksi, yakni benang sari dan putik, dalam satu rumah yang terdapat di bagian tengah dasar bunga yang terbentuk melengkung seperti gentong. Proses penyerbukan pada tumbuhan ini dibantu oleh serangga yang tertarik pada bau bunga yang menyengat. Diman kuncup-kuncup bunga terbentuk di sepanjang sela-sela batang dengan masa pertumbuhan bunga dapat memakan waktu sampai 9 bulan dan masa mekar sekitar 5-7 hari, kemudian bunga Rafflesia akan layu dan mati (WWF Indonesia).
Tumbuhan Rafflesia ini tersebar dan berhabitat di hutan pegunungan bawah Jawa Barat, hutan dataran rendah di sepanjang pantai selatan Jawa Barat dan Jawa Tengah hutan dataran rendah Taman Nasional Meru Betiri.
Menurut WWF Indonesia menyatakan bahwa dari sekitar 30 jenis Rafflesia di seluruh dunia, hanya satu spesies yang dianggap terancam punah yakni Rafflesia magnifica yang tumbuh di Filipina.
Rafflesia ini dapat mengalami kepunahan terhadap keanekaragamannya kemungkianan disebabkan tingginya laju deforestasi, kebakaran hutan, serta makin menurunnya luas hutan alam. Dan juga kemungkinan ada seseorang yang merusak dan mengambil putik bunga Rafflesia untuk dimanfaatkan sebagai obat tradisional.
3. Bunga Bangkai
Tumbuhan bunga bangkai ini bergenus atau bermarga Amorphophallus dengan nama spesies Amorphohallus titanum. Tumbuhan ini berhabitat di hutan hujan tropis wilayah Sumatera dengan status perlindungan IUCN.
Tumbuhan ini paling dikenal dari bunga bangkai ialah suweg raksasa atau titan arum. Dimana titan arum merupakan flora endemik pulau Sumatera yang tersebar di daerah Bengkulu dan Lampung.
Bunga bangkai ini terdiri dari ribuan bunga kecil yang tumbuh pada batang yang sama. Tumbuhan ini bukan tumbuhan atau bunga tunggal, tetapi termasuk dalam bunga majemuk. Tumbuhan ini mempunyai bau busuk dengan bagian yang menjulang (tongkol) pada bunga sebenarnya terdiri dari koloni bunga kecil (WWF Indonesia)
Bau busuk yang dimiliki bunga bangkai ini dimanfaatkan untuk mengundang kumbang dan lalat dalam menyerbuki bunganya. Bunga bangkai ini juga sering disebut dengan sebutan Kibut yang artinya bunga yang mengeluarkan bau bangkai. Sehingga ada di berbagai peristiwa pertukaran nama dengan padma raksasa Rafflesia arnoldii. Hal ini disebabkan karena kedua jenis ini tumbuh memiliki ukuran raksasa dan mengeluarkan bau yang tidak sedap.
Menurut WWF Indonesia menyatakan bahwa bunga bangkai dapat mengalami dua fase dalam hidupnya secara bergantian dan terus menerus, yaitu fase vegetatif dan generatif. Dimana fase vegetatif ini, akan ada di atas umbi mucul batang tunggal dan daun yang secara keseluruhan dan sekilas mirip dengan pohon pepaya.
Sedangkan fase generatif ini, memiliki proses pertumbuhan dari biji sampai bunga memakan waktu tiga tahun. Dimana selama masa mekar bunga bangkai akan terjadi pembuahan, maka akan terbentuk buah-buah berwarna merah dengan biji pada bagian bekas pangkal bunga.
Bunga bangkai ini dapat mencapai tinggi sekitar 2 meter dengan rentang mahkotanya mencapai 1-5 meter.
Tumbuhan bunga bangkai ini pada dasarnya adalah tumbuhan khas dataran rendah yang tumbuh di daerah berilkim tropis dan subtropis mulai dari kawasan Afrika Barat hingga ke Kepulauan Pasifik, termasuk Indonesia (WWF Indonesia).
Bunga bangkai ini dikategoriikan sebagai salah tumbuhan unik di hutan yang perlu dilindungi keanekaragaman hayatinya. Hal ini disebabkan bahwa populasi bunga bangkai liar sudah semakin berkurang karena habitat alaminya banyak mengalami alih fungsi menjadi lahan pertanian, perkebunan, dan pemukiman serta ada seseorang yang merasa terancam akibat bau busuknya, yang kemudian memotong bunga dan daunnya.
Baca juga: 11 Jenis Tumbuhan Penghasil Tanin Terbanyak
Sumber:
Wikipedia. Kantong Semar. https://id.wikipedia.org/wiki/Kantong_semar. (diakses pada tanggal 19 Febuari 2020).
Wikipedia. 2019. Padma Raksasa. https://id.wikipedia.org/wiki/Padma_raksasa. (diakses pada tanggal 19 Febuari 2020).
WWF Indonesia. Bunga Bangkai (Amorphopallus). (diakses pada tanggal 19 Febuari 2020).
WWF Indonesia. Rafflesia Arnoldii. (diakses pada tanggal 19 Febuari 2020).
Lamboris Pane