Sumber Karbon Hutan | Biomassa Hidup, Bahan Organik Mati, dan Bahan Organik Tanah
Pemanasan global yang disebabkan oleh gas rumah kaca (GRK) tidak dapat berfungsi dengan baik, karena efek rumah kaca terjadi karena panas yang dipantulkan oleh permukaan bumi terperangkap oleh gas-gas yang berada di atmosfer sehingga gas rumah kaca tidak dapat menjaga suhu bumi tetap stabil karena banyaknya gas arang (CO2) di atmosfer (CIFOR, 2010).
Meningkatnya konsentrasi GRK disebabkan oleh beberapa aktivitas manusia seperti pembakaran yang menghasilkan karbon dioksida, methan, dinitro oksida, penggunaan pupuk kimia yang menyumbang N2O, dan lain sebaginya. Beberapa akibat pemanasan global ini diantaranya mencairnya es di kutub utara dan selatan, meningkatnya permukaan air laut dan terjadinya perubahan iklim yang sangat ekstrim (IPCC, 2006).
Peranan hutan sebagai penyimpan dan penyerap karbon sangat penting dalam rangka mengatasi masalah efek gas rumah kaca (GRK) yang mengakibatkan pemanasan global (Yuniawati et al., 2011). Dengan demikian, hutan memiliki peranan yang penting dalam mengurangi dampak perubahan iklim global dan memiliki jumlah karbon dioksida yang paling berlimpah, sehingga pendugaan biomassa pohon dapat digunakan untuk menduga banyaknya karbon yang diserap oleh hutan (Muhdi, 2008).
Karbon merupakan salah satu unsur alam yang memiliki lambang “C” dengan nilai atom sebesar 12. Karbon juga merupakan salah satu unsur utama pembentuk bahan organik termasuk makhluk hidup. Hampir setengah dari organisme hidupmerupakan karbon. Karenanya secara alami karbon banyak tersimpan di bumi(darat dan laut) dari pada di atmosfer.
Karbon tersimpan dalam daratan bumi dalam bentuk makhluk hidup (tumbuhan dan hewan), bahan organik mati ataupun sedimen seperti fosil tumbuhan dan hewan.Sebagian besar jumlah karbon yang berasal dari makhluk hidup bersumberdari hutan. Seiring terjadinya kerusakan hutan, maka pelepasan karbon ke atmosfer juga terjadi sebanyak tingkat kerusakan hutan yang terjadi.
Sumber karbon (Carbon Pool) dikelompokkan menjadi 3 kategori utama, yaitu biomasa hidup, bahan organik mati dan bahan organik tanah (IPCC, 2006).
Berikut penjelasannya.
Baca juga: Briket Arang dan Pelet Kayu
1. Biomassa Hidup
a. Biomassa Atas Tanah
Semua biomassa dari vegetasi hidup diatas tanah, termasuk batang, tunggul, cabang, kulit, daun serta buah. Baik dalam bentuk pohon, semak maupun tumbuhan herbal. Tumbuhan bawah dilantai hutan yang relatif sedikit, dapat dikeluarkan dari metode penghitungan.
Sebagian besar karbon di atas permukaan tanah berasal dari biomassa pohon. Tabel volume biomassa berdasarkan persamaan alometrik sangat membantu di dalam perhitungan biomassa dan karbon di atas tanah. Hal ini dikarenakan sulitnya pengukuran tinggi pohon selama inventarisasi hutan, sehingga menyebabkan kesalahan yang sangat besar jika digunakan untuk pendugaan karbon. Oleh sebab itu, persamaan alometrik meningkatkan akurasi pendugaan karbon dan memudahkan proses pelaksanaan inventarisasi hutan (Manuri et al., 2011).
b. Biomassa Bawah Tanah
Semua biomassa dari akar yang masih hidup. Akar yang halus dengan diameter kurang dari 2 mm seringkali dikeluarkan dari penghitungan, karena sulit dibedakan dengan bahan organik mati tanah dan serasah.
Menduga kandunan biomassa akar, terlalu sulit untuk dilakukan pengukuran di lapangan. Oleh sebab itu, digunakan metode root to shoot ratio (RSR) atau rasio perbandingan antara biomassa akar (biomassa bawah permukaan tanah) dengan biomassa atas permukaan (Manuri et al., 2011).
2. Bahan Organik Mati
a. Kayu Mati
Semua biomassa kayu mati, baik yang masih tegak, rebah maupun di dalam tanah. Diameter lebih besar dari 10 cm.
Kayu mati atau batang rebah merupakan semua atau bagian pohon mati yang sudah rebah dengan diameter 10 cm. Semua batang rebah yang masuk dalam plot, dicacat diameter pangkal, ujung, growong, panjang total, tingkat pelapukan, dan jika memungkinkan nama lokal. Apabila hanya sebagan yang masuk dalam plot, dilakukan pengukuran dan mencacar bagian yang masuk plot saja.
Tingkat pelapukan dikategorikan menjadi 3 jenis yaitu bagus, sedang, dan lapuk (Manuri et al., 2011).
b. Serasah
Semua biomassa mati dengan ukuran lebih besar dari 2 mm dan diameter kurang dari sama dengan 10 cm, rebah dalam berbagai tingkat dekomposisi (Manuri et al., 2011).
Serasah merupakan semua biomassa dengan ukuran lebih besar dari 2 mm dan diameter kurang dari 10 cm, rebah dalam berbagai tingkat dekomposisi. Serasah dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu serasah halus (daun dan ranting kecil diameter lebih kecil dari 2 cm) dan serasah ranting (2 cm < diameter < 10 cm).
3. Bahan Organik Tanah
Semua bahan organik tanah dalam ke dalaman tertentu (30 cm untuk tanah mineral). Termasuk akar dan serasah halus dengan diameter kurang dari 2 mm, karena sulit dibedakan (Manuri et al., 2011).
Bahan organik tanah adalah penimbunan dari sisa-sisa tumbuhan dan binatang yang sebagian telah mengalami pelapukan dan pembentukan kembali. Bahan organik demikian berada dalam pelapukan aktif dan menjadi mangsa serangan jasad mikro.
Sumber bahan organik tanah terdiri dari hasil fotosintesis yaitu bagian atas tanaman seperti daun, duri, dan sisa tanaman lainnya. Bahan organik tanah berfungsi sebagai perbaikan sifat fisik tanah, sifat kimia tanah, dan aktivitas biologi tanah.
Baca juga: Estimasi Emisi Karbon dan Prediksi Subsiden: Laporan PLGPS
Sumber:
CIFOR.2010. Perdagangan Karbon. Warta Kebijakan. Bogor.
IPCC. 2006. IPCC Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories. IPCC National Greenhouse Gas Inventories Programme. IGES. Japan.
Manuri, S., Putra, C. A. S., & Saputra, A. D. 2011. Tehnik pendugaan cadangan karbon hutan. Merang REDD Pilot Project, German International Cooperation–GIZ. Palembang.
Muhdi. 2008. Model simulasi kandungan karbon akibat pemanenan kayu di hutan alam tropika. Universitas Sumatra Utara.Karya Tulis. USU (e-Repository. Medan).
Yuniawati, A. Budiaman & Elias. 2011. Estimasi potensi biomassa dan massa karbon hutan tanaman Acacia crassicarpa di Lahan Gambut. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. 29.
Lamboris Pane