Metode Penelitian Aktivitas Antijamur
Jamur pelapuk kayu dari kelas Basidiomycetes merupakan organisme yang bekerja efesien dan efektif dalam proses degradasi lignin. Proses degradasi lignin ini dimulai saat jamur pelapuk menembus dan membentuk koloni dalam sel kayu, lalu mengeluarkan enzim yang berdifusi melalui lumen dan dinding sel. Jamur menyerang komponen lignin dari kayu hingga menyisakan selulosa dan hemiselulosa yang tidak terlalu berpengaruh. Akibatnya, terjadi penurunan kekuatan fisik kayu dan pembengkakan jaringan kayu (Achmad et al., 2011).
Pengaruh pelapukan jamur pada sifat fisik kayu, antara lain penurunan berat kayu karena hilangnya beberapa komponen kimia kayu, warna kayu menjadi lebih gelap, kayu berbau, kerapatan menurun, mudah retak, dan kadar air mengalami peningkatan (Priadi, 2005). Kayu mengandung serat organik, yaitu selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Jamur pelapuk kayu akan menyerang lignin pada kayu yang diuraikan secara sempurna menjadi air dan karbon dioksida, sehingga kayu menjadi lapuk yang mengakibatkan ketahanan kayu berkurang.
Degradasi lignin melibatkan aktivitas enzim ligninolitik yang dihasilkan oleh jamur pelapuk putih yaitu Lignin Peroksidase (LiP), Manganese Peroksidase (MaP), dan Lakase. Proses degradasi lignin ini dimulai saat pelapuk kayu menembus dan membentuk koloni dalam sel kayu, lalu mengeluarkan enzim yang berdifusi melalui lumen dan dinding sel. Jamur pelapuk kayu menyerang komponen lignin dari kayu hingga menyisakan selulosa dan hemiselulosa yang tidak terlalu berpengaruh. Akibatnya, terjadi penurunan kekuatan fisik kayu dan pembengkakan jaringan kayu degradasi lignin akan mengakibatkan kandungan lignin pada kayu berkurang (Jaya et al., 2014).
Berikut Metode Penelitian Aktivitas Antijamur adalah.
Baca juga: Metode Penelitian Maserasi dan Fraksinasi Bertingkat Oleoresin
A. Alat dan Bahan
Alat yan digunakan dalam penelitian ini adalah water bath, corong pisah, statif, botol vial, piknometer, mikropipet, buret 25 ml, hotplate, pipet tetes, vortex mixer, stirrer mekanik, tabung reaksi, rak tabung reaksi, cawan petri, Laminar Air Flow (LAF), autoclave, penggaris/mistar, pinset, botol semprot, lampu spiritus, dan kain biru.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah isolat jamur P. ostreatus, kentang 200 g, dextross 17 g, bubuk agar 30 g, tissue 1 pc, kapas 250 g, DMSO, spiritus, alkohol, kertas aluminium foil, kertas label, plastik wrap, dan obat jamur 0,03 g Dithane M-45 WP.
B. Pembuatan Larutan Uji
Larutan uji merupakan perlakuan untuk uji aktivitas jamur dengan konsentrasi sebagai berikut: 1000 mg/L, 150 mg/L, 100 mg/L, 25 mg/L, 10 mg/L, 100 mg/L (kontrol positif/Dithane M-45 WP), dan 0 mg/L (kontrol negatif/aquades). Konsentrasi larutan induk 1000 mg/L diperoleh dengan 0,03 gram ekstrak dilarutkan dengan 30 ml DMSO, sedangkan untuk konsentrasi larutan lainnya diperoleh dengan menggunakan rumus pengenceran:
M1V1 = M2V2
Keterangan:
V1 = Volume larutan sebelum diencerkan
M2 = Konsentrasi larutan setelah diencerkan
V2 = Volume larutan setelah diencerkan
C. Pembuatan Media PDA (Potato, Dextross, Agar)
Cara kerja untuk membuat media PDA, adalah:
- Membungkus 66 cawan petri menggunakan kertas dan disterilkan di dalam autoclave dengan suhu 121 derajat celsius selama 15 menit, kemudian dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 170 derajat celsius selama 2 jam.
- Menyediakan kentang sebanyak 200 gram yang kemudian dipotong kecil-kecil yang selanjutnya rebus di dalam air sebanyak 600 ml sampai kentang matang (tetapi jangan terlalu matang).
- Menyaring air rebusan kentang menggunakan kain saring dan menambahkan 400 ml aquades, dextross 17 gram dan agar 20 gram ke dalam gelas erlenmeyer dan mengaduknya sehingga menghasilkan media PDA.
- Menutup gelas erlenmeyer dengan kapas dan menambahkan kertas aluminium. Kemudian mensterilkannya menggunakan autoclave dengan suhu 121 derajat celsius selama 15 menit.
D. Uji Aktivitas Antijamur
Cara kerja untuk melakukan uji aktivitas antijamur adalah:
- Mengambil isolat jamur yang segar untuk dijadikan bahan tanam pada media PDA dan menyiapkan cawan petri.
- Memasukkan semua bahan ke dalam Laminar Air Flow (LAF) agar tetap terjaga dan steril dari bakteri-bakteri di sekitarnya karena mengandung sinar ultraviolet.
- Melumuri tangan dengan menggunakan alkohol agar tetap steril lalu menuangkan media PDA secukupnya ke cawan petri di atas lampu spritus dan meratakan setiap sisi cawan petri tersebut.
- Memasukkan masing-masing ekstrak dan fraksi dengan kebutuhan 0,3 ml terhadap cawan petri yang berisi media PDA yang hampir padat dan meratakan setiap sisi cawan petri tersebut.
- Memotong jamur kecil-kecil menggunakan bor gabus dengan ukuran diameter 0,6 cm dan mengambilnya menggunakan pinset steril.
- Menanam potongan jamur ke bagian tengah cawan petri.
- Menutup dan melapisi cawan petri dengan plastik wrap hingga rapat agar tidak ada udara yang masuk dan tidak terserang bakteri sekitarnya. Pertumbuhan miselium jamur dievaluasi pada akhir masa inkubasi dengan mengukur diameter koloni jamur dan dibandingkan dengan diameter koloni kontrol. Pengukuran diameter koloni jamur dilakukan pada hari ke-7. Penentuan aktivitas antijamur dinyatakan sebagai berikut (Duraipandiyan & Ignacimuthu., 2011).
E. Analisis Data
Uji homogenitas adalah kesamaan dua varians populasi dua kelompok atau lebih. Perhitungan uji homogenitas antara kelompok eksperimen (x) dengan kelompok kontrol (y) dilakukan dengan uji fisher meliputi langkah-langhkah sebagai berikut:
- Menghitung standar deviasi varian x dan y.
- Menentukan Ftabel dari jumlah sampel n-1.
- Menentukan Fhitung dengan rumus Sbesar dibagi Skecil.
- Kriteria pengujian adalah terima H0 : Fhitung < Ftabel dinyatakan varians homongen.
Data dengan varians homongen dilanjutkan dengan analisis probit. Analisis probit diperoleh dengan menentukan persamaan garis lurus antara nilai probit dengan log konsentrasi menggunakan rumus sebagai berikut (Molyneux, 2004):
Y = a + bx
Keterangan:
a = Konstanta
x = Independt Variabel (konsentrasi)
b = Koefisien Regresi
Nilai x merupakan nilai log dari masing-masing konsentrasi dan nilai Y merupakan nilai probit atau nilai transformasi dari tingkat kematian larva. Kemudian analisis persamaan garis lurus yang telah didapat dijadikan sebagai penentuan nilai IC(50). Nilai IC(50) diperoleh dengan menggunakan tabel probit dan perhitungan antilog nilai x. Suatu senyawa dinyatakan aktif apabila memiliki nilai IC(50) < 1000 mg/L dan dinyatakan tidak aktif jika memiliki IC(50) > 1000 mg/L (Meyer et al., 1982).
Baca juga: 15 Cara Budidaya Jamur Tiram
Sumber:
Achmad, I., Mugiono, S. P., Tias Arlianti, S. P., & Chotimatul Azmi, S. P. 2011. Panduan Lengkap Jamur. Penebar Swadaya Grup.
Duraipandiyan, V., & Ignacimuthu, S. 2011. Antifungal Activity of Traditional Medicinal Plants From Tamil Nadu, India. Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine, 1(2), S204-S215. https://doi.org/10.1016/S2221-1691(11)601 57-3.
Jaya, G. P., Siregar, E. B. M., & Anna, N. 2014. Uji Potensi Pelapuk Putih pada Kayu Karet Lapuk (Hevea brasilliensis Muell. Arg) sebagai Pendegradasi Lignin. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Meyer, B. N., Ferrigni, N. R., Putnam, J. E., Jacobsen, L. B., Nichols, D. E., & McLaughlin, J. L. 1982. Brine Shrimp: a Convenient General Bioassay for Active Plant Constituents. Planta med, 45(5), 31-34.
Molyneux, P. 2004. The Use of the Stable Free Radical Diphenylpircryl-hydrazyl (DPPH) for estimating Antioxidant Activity. Songklanakarin Journal of Sciene and Techology. 26 (2) : 211-219.http://rdo.psu.ac.th/sjstweb/journal/ 26-2/07-DPPH.pdf.
Priadi, T. 2005. Pelapukan Kayu oleh Jamur dan Strategi Pengendaliannya. [Makalah Pribadi]. IPB. Bogor.
Lamboris Pane