Metode Penelitian Aktivitas Larva Aedes aegypti
Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. Penyebaran sangat luas, meliputi hampir semua daerah tropis di seluruh dunia. Aedes aegypti merupakan pembawa utama (primary vector) bersama Aedes albopictus menciptakan siklus persebaran dengue di desa-desa dan perkotaan. (Anggraeni, 2011).
Nyamuk Aedes aegypti menyenangi area gelap dan benda-benda berwarna hitam atau merah. Nyamuk ini banyak ditemukan di bawah meja, bangku, kamar yang gelap, atau di balik baju-baju yang digantung. Nyamuk ini menggigit pada siang hari dan sore hari (Anggraeni, 2011).
Nyamuk Aedes aegypti berkembang biak di tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari dan barang-barang lain yang memungkinkan air tergenang yang tidak beralaskan tanah, misalnya bak mandi/WC, tempayan, drum, tempat minum burung, vas bunga/pot tanaman air, kaleng bekas dan ban bekas, botol, tempurung kelapa, plastik, dan lain-lain yang dibuang sembarang tempat (Depkes RI, 2011).
Tahap pengujian aktivitas larva Aedes aegypti dengan masing–masing ekstrak dibagi dalam tujuh konsentrasi yaitu 0, 5, 10, 25, 50, 75, 100 ppm dan satu kontrol positif (abate 50 ppm). Kemudian setiap konsentrasi dimasukkan ke dalam 64 cawan petri yang berisi masing-masing sepuluh ekor larva. Pengamatan dilakukan selama 24 jam sejak larva dimasukkan dalam cawan petri dan dihitung mortalitasnya setiap konsentrasi dari keempat ekstrak. Setelah mendapatkan nilai mortalitas dilakukan uji homogenitas untuk menyeragamkan data.
Kemudian dilanjutkan dengan analisis probit untuk mengetahui nilai LC50 dari keempat ekstrak. Setelah nilai optimum konsentrasi didapat kemudian menentukan ekstrak daun tumih teraktif untuk dilakukan lagi uji FTIR yang bertujuan mengetahui gugus fungsi yang terdapat pada ekstrak teraktif tersebut.
Berikut metode penelitian aktivitas larva Aedes aegypti adalah.
Baca juga: Metode Penelitian Hama Hutan Acacia crassicarpa
A. Pemeliharaan Larva Nyamuk Aedes aegypti
Larva Aedes aegypti diperoleh dari Balai Besar Pengembangan dan Penelitian Bersumber Binatang (P2B2), Tanah Bumbu Kalimantan Selatan. Larva Aedes aegypti yang dibutuhkan sebanyak 650 larva instar III. Pemeliharaan dan pengujian di Laboratorium Entomologi P2B2, Tanah Bumbu Kalimantan Selatan.
B. Pengadaan Larutan Stock
Sebanyak 0,1 g ekstrak dilarutkan dalam 1 ml DMSO dan 9 ml aquadest dan fraksi larutan dalam pembuatannya yaitu diencerkan dengan menggunakan aquadest sehingga mendapatkan konsentrasi ekstrak sebesar 0, 5, 10, 25, 50, 75 dan 100 ppm.
C. Pengadaan Larva
Persiapan kedua dari uji aktivitas larvasida yaitu mengambil larva yang mencapai instar III, kemudian dipisahkan ke dalam masing-masing cawan petri. Berdasarkan (Rumengan, 2010), sampel yang digunakan adalah 10 ekor larva per ulangan, dengan banyaknya pengulangan dua kali, dengan enam kelompok perlakuan, satu kontrol negatif dan satu kelompok kontrol positif (Abate 50 ppm) dalam satu ekstrak larutan, maka pada penelitian ini membutuhkan total larva sebanyak 640 larva.
D. Pengujian Aktivitas Larva
Ekstrak dengan konsentrasi tertentu diuji aktivitas larvasida, dengan mengamati tingkat kematian larvasida. Pengamatan dilakukan sejak larva dimasukkan kedalam ekstrak masing-masing konsentrasi selama 24 jam dalam suhu ruang. Selanjutnya data tingkat kematian dihitung dengan rumus persentase jumlah kematian larva berikut (Supono et al., 2015).
% kematian = (jumlah larva mati/jumlah larva uji) x 100%
E. Analisis Data
Data persentase kematian kemudian dilakukan menggunakan uji homogenitas. Uji homogenitas adalah uji kesamaan dua varians populasi dua kelompok atau lebih. Perhitungan uji homogenitas antara kelompok eksperimen (X) dengan kelompok control (Y) dilakukan dengan uji fisher dengan langkah-langkah sebagai berikut:
- Menghitung standar deviasi varian X dan Y
- Menentukan Ftabel untuk taraf signifikasi dengan rumus dk pembilang= n1-1 dan dk penyebut = n2-1.
- Menentukan Fhitung.
- Menentukan taraf signifikasi untuk pengujian hipotesis dengan kriteria pengujian
H1 : Fhitung > Ftabel (Varians populasi tidak homogen)
Bila data aktivitas kematian homogen, data tersebut dapat dilanjutkan. Jika data tersebut tidak homogen maka tidak dapat dianalisis tetapi bisa dilakukan dengan transformasi data. Kemudian dilanjutkan dengan Analisis Regresi Linear Sederhana, dimana variabel X adalah konsentrasi dan variabel Y adalah tingkat kematiannya. Menentukan persamaan garis lurus hubungan antara nilai probit dengan log konsentrasi menggunakan rumus sebagai berikut (Barus, 2016):
Y = a + bX
Keterangan
a : Konstanta
X : Independent Variabel (konsentrasi)
b : Koefisien regresi
Selanjutnya analisis dilanjutkan dengan analisis probit untuk mengetahui tingkat letal konsentrasi pada ekstrak dalam mendapatkan aktivitas anti larva. Persamaan garis lurus yang telah didapat tersebut dijadikan sebagai penentuan nilai LC50 dengan menggunakan tabel probit dan perhitungan antilog nlai X. Kemudian fase ekstrak yang nilai LC50 terbaik akan dilakukan dengan pengujian FTIR untuk mengetahui gugus fungsi dalam ekstrak daun tumih teraktif.
Baca juga: 4 Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti
Sumber:
Anggreini, D., S. 2011. Stop Demam Berdarah Dengue. Bogor Publishing. Bogor.
Barus, A., I. 2016. Aktivitas Antijamur Minyak Atsiri Daun Ujung Atap Atap (Baeckea frutescens L.). Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya. Palangka Raya.
Depkes RI. 2011. Informasi Umum DBD 2011. Subdirektorat Pengendalian Arbovirus, Ditjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan. Jakarta.
Rumengan, A., P. 2010. Uji Larvasida Nyamuk (Aedes aegypti) dari Ascidian (Didemnum molle). Jurnal Perikanan dan Kelautan. Vol. VI-2: 83-86.
Supono, Sugiyanto, Susilowati, A., Purwantisari, S., & Kurniawati, F., N. 2015. Biokontrol Larva Nyamuk Aedes aegypti Menggunakan Limbah Biji Karika (Vasconcellea pubescens). Prossemnas Masy Biodiv Indos Vol 1:11271131.
Lamboris Pane