3 Kelas Hewan Buru | Kelompok Hasil Hewani
Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya mempunyai kedudukan dan peranan penting terhadap kehidupan mahluk hidup, sehingga perlu dikelola dan dimanfaatkan secara lestari, serasi, dan seimbang terhadap kesejahteraan masyarakat baik pada saat ini maupun pada masa mendatang.
Sumber daya alam yang berasal dari kawasan hutan memmpunyai potensi hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan kayu. Hasil hutan bukan kayu terdiri dari hasil nabati dan hasil hewani.
Satwa atau hewan merupakan segala macam sumber daya alam hewani yang berasal dari hewan yang hidup di darat, air, dan udara. Dalam pasal 1 UU No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Hayati dan Ekosistemnya menjelaskan, bahwa satwa merupakan semua jenis sumber daya lama hewani yang hidup di darat maupun di air.
Berburu merupakan suatu cara mengumpulkan makanan atau dikenal juga dengan food gathering. Berburu adalah salah satu aktivitas masyarakat yang telah berlangsung sejak zaman dahulu dan samapi saat ini masih tetap bertahan. Pada zaman dahulu berburu merupakan mata pencaharian hidup yang khusus, yang biasanya mengumpulkan tumbuh-tumbuhan dan akar-akar yang bisa dimakan. Sampai saat ini, aktivitas berburu menjadi sebuah tradisi yang masih dilakukan beberapa daerah di Indonesia yang masih menjalankan tradisi berburu ini.
Berikut 3 kelas hewan buru dalam kelompok hasil hewani adalah kelas mamalia, reptilia, dan aves.
Baca juga: 4 Hewan Buru Mamalia di Hutan
1. Kelas Mamalia
Mamalia merupakan salah satu kelas hewan buru dalam kelompok hasil hewani dengan ciri adanya rambut dan kelenjar susu. Hewan mamalia tersebar hampir di seluruh dunia dan menempati tipe habitat yang berbeda-beda, mulai dari daerah kutub sampai khatulistiwa, mulai dari laut hingga daratan (Lariman, 2010).
Mamalia mempunyai beberapa perilaku yang unik, contohnya kegiatan berkubang. Berkubang adalah kegiatan melapisi tubuhnya dengan lumpur. Sebagian besar mamalia berkembang biak dengan cara melahirkan anak-anaknya, namun ada beberapa mamalia yang tidak melahirkan, atau bertelur. Mamalia jenis ini disebut dengan monotremata mempunyai kelanjar susu, namun tidak mempunyai puting.
Memalai mempunyai ciri-ciri adalah mempunyai kelenjar susu, mempunyai tulang belakang, mempunyai jenis gigi berbeda-beda, mempunyai alat pernapasan paru-paru, mempunyai organ jantung yang terbagi dengan dua serambi dan dua bilik, dan lain sebagainya.
Hewan mamalia berkomunikasi dengan mengeluarkan suara. Mengeluarkan suara ini juga mempunyai banyak makna seperti ingin kawin, memperingatkan adanya tanda bahaya, memberiatahu ada sumber makanan dan untuk tujuan sosialsasi.
Contoh hewan buru kelas mamalia adalah babi hutan, babi varu, bajing kelapa, bajing tiga warna, beruk, biawak, kalong hitam, kalong sulawesi, kelinci, kancil, lutung, kempelor ladi, rusa timor, musang luwak, musang rase, dan lain sebagainya (Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.35/Menhut-II/2007 tentang Hasil Hutan Bukan Kayu).
2. Kelas Reptilia
Reptil merupakan kelompok hewan buru dalam kelompok hasil hewani yang berasal dari kata reptum yanga berarti melata. Reptil mempunyai ciri umum yang membedakan dengan jenis hewan lain adalah seluruh tubuhnya tertutup oleh kulit kering atau sisik, kulitnya menutupi seluruh tubuh dan pada beberapa anggota yang lainnya dapat mengelupas atau melakukan pergantian kulit secara total yaitu pada anggota sub-ordo ophidia dan pengelupasan sebagai pada anggota sub-ordo lacertilia dan reptil tidak banyak mempunyai kelenjar kulit.
Pada umumnya hewan reptil dianggap menakutkan oleh sebagian kalangan. Hewan reptil dianggap hewan yang harus dihindari bahkan dimusnahkan. Tetapi bagi sebagian orang yang sudah mengenal dengan baik, reptil dianggap sebagai teman dan disayang layaknya barang berharga, banyak fakta dan rahasia atau keunikan tersendiri dari reptil yang berangkali membuat terkejut.
Hewan reptil dapat ditemukan di berbagai kawasan, salah satunya adalah kawasasn hutan. Hutan mempunyai potensi keanekaragaman hayati yang besar dibadingkan dengan kawasan lainnya. Hutan juga berpotensi sebagai hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan kayu. Hasil hutan bukan kayu terdiri dari nabati dan hewani. Berikut hewan buru kelas reptil yang terdapat di hutan adalah.
Contoh hewan buru kelas reptilia adalah buaya, buaya air tawar Irian, buaya air muara, bunglon, cicak, kadal, londok, tokek, ular, dan lain sebagainya (Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.35/Menhut-II/2007 tentang Hasil Hutan Bukan Kayu).
3. Kelas Amfibi
Amfibi merupakan salah satu kelas hewan buru dalam kelompok hasil hewani bertulang belakang yang mempunyai jumlah jenis terkecil, yaitu sekitar 4000 jenis. Walaupun sedikit, amfibi merupakan satwa bertulang belakang pertama berevolusi untuk kehidupan di darat dan merupakan nenek moyang reptil (Halliday dan Adler, 2000).
Indonesia mempunyai dua dari tiga ordo amfibi yang ada di dunia, yaitu Gymnophiona dan Anura. Ordo Gymniphiona dianggap langka dan sulit diketahui keberadaanya, sedangkan ordo Anura merupakan yang paling mudah ditemukan di Indonesia mencapai sekitar 450 jenis atau 11% dari seluruh jenis Anura di dunia.
Amfibi biasanya mempunyai kulit yang tipis, basah atau lembab dan tidak mempunyai eksoskeleton (Goin et al., 1978). Anura mudah dikenali karena mempunyai karakteristik yang jelas, misalnya posisi tubuhnya yang tampak berjongkok dengan kedau kakinya sebagai penumpu, mempunyai badan yang kokoh, tidak mempunyai ekor, dua pasang alat gerak dengan ekstremitas belakang yang lebih panjang dan kuat, mempunyai lima jari, mata besar dan mempunyai mulut besar pada sebagai besar spesies.
Contoh hewan buru kelas amfibi adalah alap-alap, beo, betet, kakatua, kasturi merah, kuntul, perkici, serindit, nuri, kasuari, dan lain sebagainya (Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.35/Menhut-II/2007 tentang Hasil Hutan Bukan Kayu).
Baca juga: 6 Buah Hutan yang Bisa Dimakan
Sumber:
Goin, J, C., O, B. Goin & G. R. Zug. 1978. Introduction to Herpetology. W. II. Freeman and company, San Fransisco.
Halliday T, Adler K. 2000. The Encyclopedia of Reptiles and Amphibians. NewYork: Facts on File Inc.
Lariman. 2010. Studi Keanekaragaman Mamalia Di Kebun Raya Unmul Samarinda (Krus) Sebagai Bahan Penunjang Mata Kuliah Mamalogi. Bioprospek. 7 (1): 51-68
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.35/Menhut-II/2007 tentang Hasil Hutan Bukan Kayu.
Lamboris Pane